Inter Milan menjadi juara Liga Serie A Italia untuk kelima kalinya setelah Diego Milito mencetak satu-satunya gol untuk mengalahkan Siena, Minggu, sementara AS Roma menduduki posisi kedua, dua angka di bawahnya meskipun mereka menang 2-0 di Chievo.
Kemenangan tersebut merupakan mahkota "Scudeto" ke-18 dan membuat tim asuhan Jose Mourinho itu berada di jalur membuat sejarah dengan meraih "trebel winner" (tiga juara), setelah meraih Piala Italia dan maju ke final Liga Champions melawan Bayern Munich di Madrid 22 Mei.
Inter sempat dibuat ketar-ketir karena tak mampu mencetak gol hingga jeda babak pertama usai. Beruntung menyelesaian dingin yang dilakukan striker Diego Milito memastikan kemenangan Inter di menit ke-57. Milito sukses memanfaatkan kerja keras rekan senegaranya Javier Zanetti yang menembus pertahanan ketat yang diperagakan Siena.
Inter menyelesaikan musim dengan nilai 82 atau dua poin di atas AS Roma. Giallorossi unggul 2-0 atas Chievo Verona berkat gol Mirko Vucinic dan Daniele De Rossi. Mereka seharusnya bisa menjadi juara seandainya skor babak pertama itu tidak berubah.
Gelar ini kian sempurna karena bertepatan dengan perayaan ulang tahun yang ke-65 Massimo Moratti. Total di bawah Moratti, Inter telah merebut satu Piala UEFA (1998), lima scudetto Seri A (2006, 2007, 2008,2009,2010), tiga Coppa Italia (2005, 2006, 2010), dan tiga Supercoppa Italia (2005, 2006, 2008).
Prestasi Inter memenangkan lima gelar scudetto secara berturut-turut menyamai rekor Juventus pada 1930-an.
Gelandang Inter Milan Dejan Stankovic, mengaku sangat berterima kasih kepada manajemen klub, karena telah mendatangkan pelatih terhebat di dunia, Jose Mourinho. Menurutnya, Mourinho adalah satu-satunya alasan yang paling bisa menjelaskan kesuksesan Inter mempertahankan scudetto-nya.
"Kami berterima kasih kepada presiden (Inter Milan, Massimo Moratti) dan para pendukung. Kami berterima kasih kepada klub yang telah membangun tim yang hebat dan memberikan kami pelatih terbaik di dunia, yang menunjukkan kepada kami bahwa kami sangat kuat. Terima kasih," tandasnya.
Mourinho melatih Inter pada akhir musim 2008-2009. Sejak awal, ia ditargetkan menjadikan Inter juara Liga Champions. Mourinho memang belum berhasil. Namun, ia beradaptasi dengan baik dengan iklim Serie-A dan kini berada tak jauh lagi dari puncak Eropa.
Pada musim pertamanya, ia cuma membawa Inter menjuarai Serie-A dan Piala Super Italia. Musim ini pencapaiannya meningkat karena berhasil memberikan Piala Italia dan scudetto.
Pertandingan Berjalan Ketat
Penyerang Inter Milan, Diego Milito, mencetak gol yang menentukan kemenangan timnya 1-0 atas Siena dalam duel Serie-A giornata 38 di Artemio Franchi, Minggu (16/5/2010). Mereka finis sebagai juara Serie-A dengan 82 poin atau unggul dua angka dari AS Roma di tempat kedua.
Hasil itu cukup melegakan, mengingat mereka tampil dominan namun kesulitan menciptakan gol. Pada menit ke-13, misalnya, Mario Balotelli di kotak penalti dan berhasil menanduk umpan silang Wesley Sneijder. Namun, bola melenceng ke kiri gawang.
Dua menit berselang, Balotelli kembali membuang peluang emas. Kali ini, dari tengah kotak penalti, ia berhasil menyepak umpan silang Maicon ke sudut kiri bawah gawang. Namun, lagi-lagi bola meleset dari target.
Siena belum menciptakan ancaman ketika gawang mereka nyaris dibobol Diego Milito pada menit ke-22. Berada di depan mulut gawang Siena, Milito berhasil menyundul umpan Balotelli. Sayang, bola meluncur lurus ke arah Curci yang bereaksi tepat menepisnya.
Milito berhasil menjangkau bola itu dan melepaskan tendangan ke sudut kanan bawah gawang. Namun, Simone Vergassola berada di posisi tepat untuk mengeblok tembakan itu hingga bola keluar lapangan.
Terus menemui kegagalan, Inter tak patah semangat. Masih mengandalkan permainan umpan silang, mereka kembali melepas ancaman berbahaya ke gawang tuan rumah pada menit ke-30 melalui Samuel Eto'o.
Saat itu, Eto'o berdiri di dekat tiang kanan gawang Siena dan berhasil menyambut umpan Wneijder dengan tembakan ke sudut kiri bawah gawang, yang lagi-lagi tertepis oleh Curci.
Di tengah tekanan itu, Siena masih mampu membahayakan gawang Inter, melalui Massimo Maccarone pada menit ke-37, yang melepaskan tembakan akurat dari luar kotak penalti ke sudut kiri atas gawang Julio Cesar. Sayang, tembakannya terbaca dan tertepis oleh Cesar.
Tak mau memberi peluang lain kepada lawan, Inter langsung merangsek maju dan menciptakan peluang melalui Balotelli pada menit ke-38. Dari di tengah kotak penalti, ia menembakkan bola ke tengah atas gawang, yang sayangnya membentur mistar.
Inter terus berusaha menciptakan tekanan dan peluang. Namun, agresivitas, militansi, dan kelugasan barisan tengah dan belakang Siena, membuat alur serangan Inter tumpul. Skor 0-0 pun bertahan sampai turun minum.
Memasuki babak kedua, Inter kembali mengelontor benteng Siena dengan gempuran-gempuran cepat. Kali ini serbuan Inter semakin bertenaga, karena mendapat dukungan dari dua bek sayap, Maicon dan Javier Zanetti.
Berbeda dari sebelumnya, Inter kali ini cenderung memainkan bola-bola pendek dan umpan terobosan. Dengan koordinasi yang lebih solid, Inter semakin mudah meloloskan serangan.
Pada menit ke-52, misalnya, Zanetti yang bergerak dari sektor kanan pertahanan Siena, berhasil melepaskan umpan kepada Milito di luar kotak penalti. Milito berhasil menjangkaunya dan melepaskan tembakan langsung ke tengah atas gawang. Sayang, bola masih tertepis Curci dan keluar lapangan.
Melihat tekanan mereka lebih efektif, Inter melanjutkannya. Setelah menunggu sampai menit ke-57, mereka pun mendulang gol dari kaki Milito.
Gol bermula dari umpan Zanetti kepada Milito di tengah kotak penalti. Milito sempat mengontrol bola sebelum melepaskan tembakan yang bersarang di tengah gawang Curci.
Gol itu tak memberikan Siena pilihan selain menyerang. Bila sebelumnya mereka cenderung bertahan, kini mereka bermain lebih terbuka.
Mengandalkan permainan kolektif, mereka mampu mendesak Inter. Sayang saja, buruknya akurasi umpan membuat usaha mereka kerap patah direbut lawan.
Inter sendiri, di luar dugaan mengubah taktik permainan menjadi lebih defensif. Mereka cenderung menunggu bola dan mengandalkan serangan balik. Meski masih dalam tempo cukup cepat, permainan terlihat lebih monoton dari sebelumnya. Bagaimana tidak, sejak gol Milito sampai menit ke-75, tak satu pun kubu menciptakan peluang gol.
Permainan baru kembali hidup ketika pada menit ke-75, Dejan Stankovic berhasil menembakkan umpan Milito dari luar kotak penalti. Sayang, tembakannya kandas membentur mistar gawang.
Semenit berselang, Inter kembali menciptakan ancaman, yang kali ini dipimpin Milito. Memanfaatkan umpan Goran Pandev, Milito mengirim bola ke tengah gawang. Namun, usaha Milito kali ini mentah di tangan Curci.
Tak mau terus tertekan, Siena mengendurkan serangan dan memperbaiki sektor belakang. Usaha ini cukup efektif meredam gempuran Inter. Sayang, meski bertahan dengan kuat, Siena gagal menciptakan serangan yang membuahkan gol. Skor 1-0 untuk Inter pun bertahan sampai akhir pertandingan.
Sepanjang pertandingan, Inter Milan menguasai bola sebanyak 72 persen dan menciptakan lima peluang emas dari 22 kali percobaan. Sementara itu, Siena melepaskan dua tembakan akurat dari enam usaha.
Susunan pemain:
Siena: 85-Gianluca Curci; 3-Cristiano Del Grosso, 29-Sanchez Emilson Cribari (15-Jardim Goncalo Brandao 45), 6-Claudio Terzi, 87-Aleandro Rosi; 18-Abdelkader Ghezzal, 12-Albin Ekdal, 8-Simone Vergassola, 24-Mato Jajalo; 10-Paul Codrea (7-Ferreira Reginaldo 81); 32-Massimo Maccarone (11-Emanuele Calaio 54)
Inter: 12-Julio Cesar; 4-Javier Zanetti, 25-Walter Samuel, 23-Marco Materazzi, 13-Maicon; 8-Thiago Motta (27-Goran Pandev 54), 19-Esteban Cambiasso; 9-Samuel Eto'o, 10-Wesley Sneijder (26-Cristian Chivu 72), 45-Mario Balotelli (5-Dejan Stankovic 59); 22-Alberto Diego Milito