Rabu, Maret 24, 2010

TEH MANIS 3 GELAS UNTUK GADIS MANIS. DAN KEKALAHAN PSM


Sekilas jika melihat judul tulisan ini pasti anda akan bertanya. Apa hubungannya? Ada apa dengan teh manis?, Kenapa tehnya 3 gelas? Siapa gadis manis tersebut? Kenapa PSM kalah (Khusus untuk PSM Mania)? Intinya dimana hubungan Teh Manis 3 Gelas, Gadis Manis, dan PSM.

Hehehehe……. Maaf sedikit membuat anda penasaran.

Satu bulan lebih seorang calon Professor dalam dunia konstruksi tak menulis (heheheh….. amin). Rasanya aneh juga, jari-jari tanganku agak kaku menekan keyboard untuk merangkai kata-kata yang kadang bagi sebagian orang agak aneh dan hanya Dr.syahdanul yang bisa mengertinya……. Baiklah saya akan mengulas satu persatu pertanyaan di atas, semoga membuat anda mengerti.

Sore itu (empat hari setelah miladku yang ke-22, iyo kahhh…..? slamad nah……. hweheheeh:), setelah seharian berputar-putar mengelilingi calon kota metropolitan (MAKASSARji….) untuk menyukseskan kegiatan (amien…) lembaga yang saat ini aku pimpin (ceritanya akan lain kalau saya rincikan). Tepat pukul 05.00 wita akupun tiba dirumah, setelah duduk-duduk sekitar 5 menit BlackSteelq pun berbunyi kulihat ada telepon masuk dari ………. Tapi aku malas untuk menerimanya. Setelah “75” capek berteriak “dengarkan aku……. Aku bicara……. Bukan meminta…… Berakhir sudah…… Kisah kita……. Sampai disini….. saja………”.

Sayapun mengutak atiknya, aku mulai membaca sms-sms yang masuk sejak aku terbangun hari ini sampai aku istirahat menikmati ramenya kompleks di sore hari. Ternyata ada satu sms dari………. untuk janjian ketemu di rumah, akupun coba konfirmasi pas dapat balasannya ternyata…….. dalam perjalanan ke rumahq.

Sambil menunggu , aku bereskan ruang tamu. Dan kubuatkan teh manis 2 gelas (1 untuk……. Dan 1nya untuk saya) setelah itu kunyalakan acer aspire dengan soundnya yang khas. Kuputarkan lagu-lagu andalan “B4sleeping” setelah beres kunyalakan TV untuk nonton tim andalanku yang akhir-akhir ini permainannya menanjak (PSM Makassar, Ayang Jantang Dari Timur, SAPA YANG PROTES!!!!!!).

Lima menit kemudian ………. Datang, ternyata ……… tidak sendiri, ada ……… yang menemaninya diapun tidak sampai duduk di “sofa merah” hanya berdiri dipintu. Barang yang …… mintapun kuberikan, tapi sebelumnya kuperhatikan ……. Dari ujung kepala hingga ujung kaki. Hhhmmmmm ternyata ….. telah banyak berubah. Mulai dari caranya berdandan, berpakaian, dan bentuk tubuhnya. Setelah itu ….. pergi mencopynya, aku baru sadar kenapa tak ku tawarkan teh manis yang telah kubuat….????, kenapa tak ajak dia duduk di sofa merah….??? Intinya kenapa otakku begitu lambat berpikir saat kutatap wajahnya..???? (yang hampir sebulan lebih tak kulihat langsung).

…..pun pergi sejenak bersama…… untuk mengcopy “buku merah”. Akupun berlari ke RG. TV, karena kudengar bung Hardimen Kotto berteriak goooolllllll !!!!!!!!. ternyata eh ternyata PSenG kebobolan….. skor berubah 1-1. Padahal dibabak pertama PSM Makassar unggul 1-0 dengan tuan rumah Pelita Jaya, dengan muka malas kuambil “siputih” lalu ku bakar dan kuhisap dalam-dalam. Beberapa detik yang lalu kulihat mereka begitu bahagia, dan saat ini kulihat tim andalanku mulai loyo bermain karena gol bunuh diri joo ki hwa (stopper PSM). Aku yakin saat itu baru menit ke 56’ masih ada 34 menit lagi untuk memenangkan pertandingan. Sejenak kuganti sensor otakku, dengan langkah berat ku berjalan ke dapur untuk mengambil gelas ke tiga untuk……. , saat gelas itu kugenggam kembali bung HK berteriak GOOOLLLLL!!!!!!! (mudah-mudahan PSM, begitu yang ada di kepalaku). Ternyata…… PSM yang kembali kebobolan oleh Ridouane Barkoui, hhhmmmmmmfffff………… “siputih” yang setia di bibirku kembali kuhisap dalam-dalam, kuletakkan gelas ketiga dimeja Rg. Tamu dan berharap mudah-mudahan gelas ketiga ini tidak seperti papan skor yang ada di stadion Kota Karawang, (maksudnya skornya tidak jadi 3-1).

Ketiga gelas itu berjejer di sisi ceret mungil yang berisi teh manis kira-kira 3/4nya. Sayang harapan itu hanya berlangsung beberapa saat karena kembali bung HK berteriak GooooLLLLL !!!!! dan tanpa melihat gol itupun aku sudah berpikir pasti skornya sudah 3-1. Sungguh diluar dugaan, PSM yang begitu superior dalam lima partai terakhir hari ini bermain sangat buruk di 45 menit ke-2. Ya sudahlah…… kata pepatah sepak bola “Bola itu Bundar, Apapun bisa terjadi di lapangan hijau”.

Akupun menunggu …… untuk mengembalikan “buku merah” yang iya copy. Dan kupikirkan untuk menawarkan teh manis, ternyata saat ….. datang otakku kembali melambat, bibirku begitu berat untuk menawarkannya, mataku sangat kaku dan hanya bisa menatap wajahnya. Yah…. Lewatlah sudah kesempatanku untuk berbincang lama-lama dengan dia.

Diapun pergi, sambil berboncengan dengan ……. , semua cerita yang akan kusampaikan ternyata tak bisa karena begitu singkat waktunya saat ini untukku. Jika kujumlahkan kira-kira hanya 2 menit 10 detik aku bertatap muka saat itu. Cerita dan hadiah yang masih kusimpan sejak setengah tahun yang lalu tak sempat lagi kusampaikan, mungkin biar tidak mubazzir kuberikan saja di panti asuhan… J. Dan cerita itu mudah-mudahan bisa aku rangkai sedemikian rupa hingga saatnya nanti bisa jadi film yang booming, hweheheeh :D.

Semoga apa yang aku putuskan di “ujung kupang” tidak salah,……

Semoga saat ini dia lebih baik di banding yang lalu………

Dan jika saatnya nanti kami bertemu dipersimpangan dia benar-benar memilih jalannya, begitupun aku…

Saat ini aku berjanji tidak akan pernah lagi menyia-nyiakan waktu, kesempatan, dan anugerah yang telah diberikan-Nya…….

Semoga teh manis ini, memberikanku kekuatan untuk berpikir jernih, dan kekalahan tim kesayanganku menjadi pelajaran berharga.

Bahwa tak selamanya hebat itu hebat, tetapi ada saatnya hebat itu adalah mengalahkan (diri sendiri, kawan, lawan, guru, murid, pejabat dan rakyat biasa).

Baca Selengkapnya......