Kamis, Desember 31, 2009

Jenis-jenis Beton (Lanjutan)

Ada bermacam–macam jenis beton, yaitu :

a. Beton Ringan

Beton ringan adalah beton yang dibuat dengan beban mati dan kemampuan penghantaran panas yang lebih kecil dengan berat jenis kurang dari 1800 kg/m3.

b. Beton Massa

Beton massa adalah beton yang dituang dalam volume besar, yaitu perbandingan antara volume dan luas permukaannya besar. Biasanya beton massa dimensinya lebih dari 60 cm.

c. Ferosemen

Ferosemen adalah suatu bahan gabungan yang diperoleh dengan cara memberikan suatu tulangan berupa anyaman kawat baja sebagai pemberi kekuatan tarik dan daktilitas pada mortar semen.

d. Beton Serat (Fibre Concrete)

Beton Serat adalah bagian komposit yang terdiri dari dari beton biasa dan bahan lain yang berupa serat. Serat dalam beton ini berfungsi mencegah retak– retak sehingga menjadikan beton lebih daktail daripada beton biasa.

e. Beton Non Pasir (No-Fines Concrete)

Beton Non Pasir adalah bentuk sederhana dari jenis beton ringan yang diperoleh dengan cara menghilangkan bagian halus agregat pada pembuatan beton. Tidak adanya agregat halus dalam campuran menghasilkan suatu sistem berupa keseragaman rongga yang terdistribusi di dalam massa beton serta berkurangnya berat jenis beton.

f. Beton Siklop

Beton Siklop adalah beton normal/beton biasa yang menggunakan ukuran agregat yang relatif besar. Ukuran agregat kasar dapat mencapai 20 cm, namun proporsi agregat yang lebih besar ini sebaiknya tidak lebih dari 20 % agregat seluruhnya.

g. Beton Hampa

Beton Hampa adalah beton yang setelah diaduk, dituang, dan dipadatkan sebagaimana beton biasa, air sisa reaksi disedot dengan cara khusus yang disebut cara vacuum. Air yang tertinggal hanya air yang dipakai untuk reaksi dengan semen sehingga beton yang diperoleh sangat kuat.

h. Beton Mortar

Beton Mortar adalah adukan yang terdiri dari pasir, bahan perekat, dan air. Mortar dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu : mortar lumpur, mortar kapur, dan mortar semen.

Baca Selengkapnya......

Rabu, Desember 30, 2009

BETON (sebuah catatan kuliah)

Beton adalah hasil pencampuran semen
portland, air, dan agregat (dari berbagai sumber). Kadang-kadang juga ditambah bahan tambahan yang sangat bervariasi mulai dari bahan kimia tambahan, serat, sampai bahan buangan non kimia dengan perbandingan tertentu. Pada proses terbentuknya beton, semen dan air akan membentuk pasta semen yang berfungsi sebagai perekat/pengikat dalam proses pengerasan.

Pada proses pengerasan, pasta semen dan agregat halus (pasir) akan membentuk mortar yang akan menutup rongga-rongga antara agregat kasar (kerikil atau batu pecah), sedangkan pori-pori antara agregat halus diisi oleh pasta semen yang merupakan campuran antara semen dengan air sehingga butiran-butiran agregat saling terikat dengan kuat dan terbentuklah suatu massa yang kompak/padat.

Beton adalah suatu pencampuran bahan agregat halus dan kasar yaitu pasir, batu, batu pecah atau bahan semacam lainnya, dengan menambahkan secukupnya bahan perekat semen dan air sebagai bahan pembantu guna keperluan reaksi kimia selama proses pengerasan dan perawatan beton berlangsung (Moh. Junaedy, 2009). Agregat halus dan kasar disebut sebagai bahan susun kasar campuran, merupakan komponen utama beton. Komposisi campuran beton terdiri dari agregat halus, agregat kasar, semen, dan air yang dapat berupa :

- Air + semen = Pasta

- Air + semen + Agregat halus = Mortar

- Air + semen + Agregat halus + Agregat kasar = Beton

Nilai kekuatan serta daya tahan beton merupakan fungsi dari banyak faktor, diantaranya ialah nilai banding campuran dan mutu bahan susun, metode pelaksanaan pengecoran, pelaksanaan finishing, temperatur dan kondisi perawatan pengerasan.

Dalam beberapa perencanaan campuran beton, proporsi semen, air, pasir dan kerikil atau batu pecah diperoleh dari hasil percobaan perhitungan untuk menghasilkan mutu beton yang dikehendaki. Jadi beton yang direncanakan dengan baik harus dapat menunjukkan 3 hal nyata yang menghasilkan:

1. Suatu campuran yang ekonomis.

2. Mudah dikerjakan pada saat masih beton segar.

3. Sifat-sifat yang diisyaratkan setelah mengeras

(bersambung........)

Baca Selengkapnya......

Senin, November 23, 2009

Seandainya Mereka Rajin Upacara Bendera Tiap Hari Senin.......

Pagi-pagi buta mataku terbangun sekitar pukul 06.00 Wita, hari ini tidak biasanya saya bangun sepagi ini.... saya bangun karena harus mengikuti Upacara bendera di SMA Neg. 11 makassar yang akan dirangkaikan dengan penandatanganan MoU antara lembaga yang saya Pimpin (Lembaga Penelitian Mahasiswa UNM) dengan pihak sekolah dalam hal Pembinaan Kelompok Ilmiah remaja (PIKIR).

Yang ingin saya bicarakan pada tulisan ini adalah UPACARA BENDERA........ yap, mungkin bagi kita yang tidak pernah lagi berinteraksi dengan SEKOLAH sudah lupa apa saja rangkaian acara upacara bendera...... bagi penulis hal-hal penting yang sempat terekam dari upacara tadi yaitu sila ke-empat dan lima pancasila yaitu KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH KHIDMAT KEBIJAKSANAAN DALAM PERMUSYAWARATAN DAN PERWAKILAN, SERTA KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA..... pertanyaanya kemudian sudahkah kedua sila ini terlaksana dengan semestinya...? ataukah ini hanya sila-sila yang terlalu ideal dan sangat berat untuk dilaksanakan.....?

Konsep perwakilan masih kita rasakan dalam konteks memilih anggota DPR/DPRD maupun memilih DPD. Persoalan lain apakah para wakil-wakil tersebut mewakili kepentingan pemilih atau konstituennya atau memilih partai atau kelompoknya. Kalau tidak maka ini adalah penjabaran konsep perwakilan yang semu, perwakilan yang ”ecek-ecek.”

Bagaimana dengan konsep musyawarah? Dalam berbagai kesempatan baik di parlemen maupun pada kegiatan lain voting mulai marak digunakan. Apakah hal ini mencedarai kearifan musyawarah? Memang selama ini pun kita akui kadang-kadang musyawarah itu sering dimanipulasi baik dengan mengatasnamakan kepentingan bersama, kepentingan bangsa dan negara sampai yang menuduh subversif bagi mereka yang tidak mau mengakui hasil musyawarah. Jadi bagaimana konteks musyawarah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara?

”kerakyatan yang dipimpin oleh khidmat kebijaksanaan” bagaimanakah implementasinya? Apakah proses kehidupan berbangsa dan bernegara sudah mengedepankan konsep kerakyatan? Apakah hikmah kebijaksanaan telah dijadikan pedoman dalam mengelola negara? Mudah-mudahan pemimpin bangsa dan negara ini mampu menghayati secara sungguh-sungguh sila ke-4 dari Pancasila dan dijadikan pedoman dalam merumuskan berbagai kebijakan maupun program.

kemudian mengenai sila ke-5, KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA....... apakah kita sudah memperoleh keadilan itu......?, contoh kecil:betapa sedihnya ketika kita lihat di Koran-koran tentang pemberitaan seorang nenek mencuri buah kakao di sebuah perkebunan. Di laporkan oleh pemilik kebun dan di sidangkan. Hanya mengambil buah kakao seharga 500 rupiah, nenek itu di sidangkan. Akan tetapi, hakim yang menyidangkan nenek itu merasa iba sehingga nenek itu di lepaskan. Sedang kasus Cicak vs Buaya......? (silahkan menilai sendiri)..

Sungguh sangat sulit menemukan makna dari keadilan saat ini. Sama sulitnya menemukan definisinya. Adil menurut saya, belum tentu adil menurut anda dan mereka. Definisi terkadang dibuat dalam selimut kepentingan, hingga tak jarang menemukan bias. Bahkan ada yang menganggapnya sebagai alat kekuasaan.

Kita hanya berharap semoga keadilan menemukan bentuk hakikinya. Setidaknya keadilan yang di amini oleh orang banyak (mayoritas) bukan oleh saya, kita atau segelintir orang saja.

SEANDAINYA PARA PEMIMPIN BANGSA RAJIN MELAKSANAKAN UPACARA BENDERA TIAP HARI SENIN........ mungkin mereka akan lebih memahami makna sila-sila pancasila......... yang pada akhirnya akan menjadi acuan dalam setiap pengambilan kebijakan.

Baca Selengkapnya......

Jumat, Oktober 30, 2009

MAHASISWA UNM BENTROK LAGI

Tawuran antar mahasiswa di kampus Universitas Negeri Makassar (UNM) Parangtambung, Makassar, kembali pecah. Sebelumnya, pada tanggal 9 September lalu, tawuran serupa juga terjadi, meskipun bersamaan dengan bulan suci Ramadan.

Aksi perang batu antar puluhan mahasiswa Fakultas Teknik melawan puluhan mahasiswa Fakultas Bahasa di kampus pencetak guru pendidik ini berlangsung dari pukul 16.30 Wita hingga pukul 17.15 Wita, Kamis (29/10/2009). Kedua kubu berusaha saling serang dengan menggunakan batu atau parang sambil mengucapkan sumpah serapah dan kata-kata jorok. Kedua kubu baru berhenti saat belasan polisi dari Polres Makassar Timur datang ke lokasi tawuran. Tak ada korban yang jatuh dalam peristiwa ini.

Sekitar pukul 20.00 Wita, puluhan polisi dari Polres Makassar Timur dan Brimob Polda Sulselbar yang melakukan penyisiran di dua fakultas yang bertikai, berhasil mengamankan satu pistol rakitan, satu senapan angin, beberapa bilah parang dan anak panah. Dalam penyisiran ini, tidak ada pelaku tawuran yang diamankan oleh polisi.

Kejadian ini sangat disayangkan karena terjadi sehari setelah peringatan hari sumpah pemuda yang jatuh pada tanggal 28 oktober.....
jika mereka memahami teks yang tertuang pada sumpah pemuda, mungkin kejadian seperti ini tidak akan pernah lagi terulang......

Baca Selengkapnya......

Selasa, Agustus 04, 2009

Rumah Bambu Fabrikasi


Menurut Presiden The Associatioan of Medical Doctor of Asia (AMDA) Indonesia, Prof. Dr. dr. Andi Husni Tanra (Harian Fajar, 17 januari 2008) Indonesia sangat rawan dan selalu terkena bencana. Karena posisi wilayah Indonesia terletak di dalam lempeng tektonik. Selain gempa, musibah banjir bandang dan bencana longsor dalam beberapa tahun terakhir juga sering terjadi diantaranya longsor di Bohorok, Pacet, Jember, bencana yang sama juga terjadi di Sinjai dan beberapa kabupaten lain di Sulawesi Selatan serta di Kotabaru, Kalimantan Selatan.
Oleh karena itu, pasca bencana alam dibutuhkan beberapa tindakan yang cepat untuk mengevakuasi korban. Hal ini dilakukan agar mereka tidak mengalami trauma yang berkepanjangan karena terlalu lama di lokasi bencana. Jepang sebagai negara maju dan sangat berpengalaman dalam membangun sistem penanggulangan pasca bencana dapat dijadikan acuan. Jepang mempersiapkan infrastruktur dan budaya masyarakatnya menghadapi ancaman bencana alam.
Indonesia yang memiliki banyak kesamaan dengan jepang, dalam hal bencana alam perlu memperhatikan kebijakan-kebijakan pemerintah Jepang. Salah satu tahapan yang perlu diperhatikan adalah mengeluarkan kebijakan Hyogo Phoenix Plan sebagai upaya rekonstruksi atas semua infrastruktur dan fasilitas pelayanan masyarakat yang rusak (www.lipi.go.id, 21/07/ 2008). Di Indonesia hal ini diterjemahkan dengan upaya membangun seribu rumah pasca bencana alam untuk korban yang mengalami kerusakan rumah yang sangat parah.
Rumah yang dibangun ini terbuat dari kayu, kenyataan ini sungguh sangat menyedihkan karena sesungguhnya bantuan ini telah membuka potensi bencana alam baru di daerah lain. Kayu-kayu ini tentunya diambil di hutan, sehingga secara langsung menyebabkan penggundulan hutan bagi wilayah tersebut dan dalam jangka panjang akan menyebabkan banjir dan tanah longsor. Berdasarkan keadaan ini maka penulis mendesain rumah yang menggunakan produk lokal dalam hal ini bambu. Desain rumah yang akan dibuat dalam karya ilmiah ini adalah rumah fabrikasi. Keunggulan dari rumah fabrikasi yang didesain yaitu konstruksi pembangunannya cepat, karena menggunakan modul hasil fabrikasi industri (pabrik) yaitu baja ringan dan memanfaatkan bambu sebagai pelengkap elemen-elemen rumah. Adapun tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah :
1. Untuk mengetahui desain rumah bambu fabrikasi.
2. Untuk mengetahui pembangunan rumah bambu fabrikasi pasca bencana alam.
Bambu adalah tanaman rakyat dimana untuk mendapatkannya cukup mudah. Menurut Frick (2004), bambu adalah bahan ramuan yang penting sebagai pengganti kayu biasa bagi penduduk desa. Sedangkaan menurut Elizabeth dalam Primack (1998), bambu adalah hasil hutan bukan kayu yang belum sepenuhnya dimaanfaatkan tetapi memiliki potensi pemanfaatan yang sangat besar misalnya sebagai bahan bangunan.
Rumah Fabrikasi adalah rumah yang kontruksi pembangunannya cepat, menggunakan modul hasil fabrikasi industri (pabrik). Komponen-komponennya dibuat dan sebagian dipasang pabrik (off site). Setelah semuanya siap, kemudian diangkut ke lokasi, disusun kembali dengan cepat, dan tinggal melengkapi utilitas (utility) serta pengerjaan akhir (finishing) (Roychansyah, 2009).

Bencana Adalah bencana yang diakibatkan oleh gejala alam (Sri Sulestari, 2008). Bencana merupakan peristiwa yang mengakibatkan korban, menurut Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi (2005) bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam, manusia, dan/atau keduanya yang mengakibatkan korban penderitaan manusia, kerugian harta benda, kerusakan lingkungan, sarana, prasarana dan fasilitas umum serta menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan dan penghidupan masyarakat. Sedangkan menurut Nakmofa (2007), bencana adalah gangguan atau kekacauan fungsi sosial yang serius yang menyebabkan korban jiwa, materi dan atau lingkungan yang melebihi kemampuan orang yang mengalami musibah untuk mengatasi dengan sumber daya yang tersedia.
Objek yang akan dikaji dalam karya ilmiah ini adalah desain rumah fabrikasi yang menggunakan baja ringan dalam penyusunan rangkanya dan dikombinasikan dengan bambu sebagai pelengkap elemen-elemen rumah. Dalam karya tulis ini akan di bahas keunggulan-keunggulan rumah bambu fabrikasi dalam pembangunan rumah pasca bencana alam.
Jenis tulisan dalam karya ilmiah ini adalah studi kepustakaan (library research). Data yang diperoleh dari berbagai literatur diseleksi dan direduksi kerelevanannya dengan objek yang dikaji. Setelah itu, dilakukan penyajian objek yang akan dibahas. Proses penyajian objek yaitu data dianalisis secara deskriptif dengan cara mengidentifikasi hal-hal yang berkaitan dengan desain rumah bambu fabrikasi sebagai solusi pembangunan rumah pasca bencana alam. sehingga menunjukkan kajian ilmiah yang dapat dikembangkan dan diterapkan lebih lanjut.

Kegiatan penanggulangan bencana alam di Indonesia selama ini terkesan hanya difokuskan pada kegiatan tahap tanggap darurat saja. Artinya hanya bertindak setelah bencana terjadi, sementara selama bencana belum terjadi praktis pemerintah cenderung tidak melakukan hal-hal yang signifikan. Hal ini dapat dilihat dari pemberian bantuan pembangunan rumah bagi korban bencana alam, rumah ini terbuat dari kayu yang secara otomatis diambil dari hutan kayu yang ada di Indonesia.
Hasil telaah pustaka yang diperoleh dari berbagai sumber, menghasilkan sebuah desain rumah bambu fabrikasi yang mengkombinasikan baja ringan dan tanaman rakyat Indonesia yang potensial yaitu bambu, desain ini dapat diterapkan sebagai model pembangunan rumah bantuan pasca bencana alam. Luasan rumah hasil desain adalah 36 m² . Rumah ini tidak dilengkapi dengan WC/Kamar Mandi dengan pertimbangan jika rumah ini dibangun dalam jumlah yang banyak untuk korban bencana alam maka dapat menggunakan kamar mandi konvensional yang membutuhkan pemodelan lebih lanjut.
Komponen-komponen utama rumah bambu fabrikasi, seperti tiang-tiang utama, rangka atap dan reng serta modul pemasangan dapat dipesan melalui industri (pabrik) dan sebagian dapat pula dipasang oleh pabrik (off site). Dengan demikian, beberapa manfaat dapat diperoleh jika dibandingkan dengan pembangunan rumah bantuan bencana alam yang selama ini terbuat dari kayu, seperti waktu konstruksi yang cepat karena modul desain telah ada dan pekerja dilapangan tinggal memasang sesuai petunjuk di modul, lingkungan pembangunan yang lebih bersih dan ramah lingkungan.

Selain itu, jika desain ini telah diterapkan dapat menghemat penggunaan kayu-kayu hutan, mampu mengurangi tingkat penggelembungan dana pembangunan bantuan rumah bencana alam karena desainnya yang paten dan pemerintah hanya mengontrol pabrik yang membuatnya. Sedangkan untuk elemen rumah dari tanaman bambu dapat diperoleh hampir di seluruh wilayah Indonesia, dan untuk merenovasi rumah (setelah ± 5 tahun) pemerintah cukup menanam tanaman bambu disekitar kompleks rumah bantuan bencana alam yang dalam perkembangan selanjutnya dapat menjadi sebuah hutan bambu yang dapat dimaanfaatkan penduduk sekitar.

Berdasarkan hasil telaah pustaka dan analisis terhadap desain yang telah dibuat maka dapat diperoleh kesimpulan:
1. Rumah bambu fabrikasi yang didesain, komponen utamanya (tiang-tiang utama, balok lantai, dan rangka atap) terbuat dari baja ringan, sedangkan elemen utilitas rumah (dinding, pintu, jendela, atap, dan tangga) terbuat dari berbagai jenis bambu sesuai keunggulannya masing-masing.
2. Pembangunan rumah bambu fabrikasi pasca bencana alam dilakukan dengan cara komponen-komponen utama rumah bambu fabrikasi, seperti tiang-tiang utama, rangka atap dan reng serta modul pemasangan dipesan melalui industri (pabrik). Setelah semuanya siap, kemudian diangkut ke lokasi pembangunan rumah pasca bencana alam, disusun kembali dengan cepat, dan tinggal melengkapi utilitas (utility) dalam hal ini penambahan elemen-elemen rumah yang terbuat dari bambu serta pengerjaan akhir (finishing).
Adapun saran-saran yang dapat dijadikan masukan oleh pihak-pihak terkait adalah:
1. Diharapkan bagi pemerintah untuk menggunakan/menerapkan desain rumah bambu fabrikasi yang telah dibuat pada daerah yang tertimpa bencana alam.
2. Diharapkan bagi para pengembang perumahan untuk mengembangkan desain rumah fabrikasi yang dikombinasikan dengan bahan baku lokal.
3. Diharapkan kepada masyarakat agar bambu yang digunakan pada konstruksi rumah dapat tetap bertahan, maka perlu menanam pohon bambu disekitar rumah agar proses penggantian bambu yang telah rusak dapat dengan cepat teratasi.
4. Diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk mengkaji lebih luas dan lebih dalam mengenai rumah fabrikasi serta bahan baku lokal lain yang berpotensi untuk dipadukan.

Baca Selengkapnya......

Kamis, Juli 09, 2009

Pengumuman PPRI VIII Tahun 2009

Assalamu Alaikum Wr. Wb.

Bagi teman-teman yang telah mengirimkan proposal penelitian guna untuk mengikuti Pemilihan Peneliti Remaja Indonesia (PPRI) VIII Tahun 2009, berdasarkan pengumuman dari LIPI, pelaksanaan PPRI VIII pada tanggal 9-12 Agustus 2009.

Sedangkan pengumuman pemenang lomba akan diumumkan pada tanggal 31 Juli 2009 di Website LIPI (http://www.lipi.go.id).

Mudah-mudahan kita yang telah mengirimkan dapat memperoleh hasil yang terbaik.....
Cayyo.....

Walaikum Salam Wr. Wb.

Baca Selengkapnya......

Minggu, Juli 05, 2009

MAHALNYA PEMIMPIN BANGSA

Berapakah biaya yang di keluarkan negara ini…..
Untuk menghasilkan pemimpin rakyat…..

Pernahkah kita memikirkan hal tersebut..?, berdasarkan data yang dirilis oleh salah satu stasiun TV swasta (RCTI, Seputar Indonesia 11/06/2009) jumlah yang harus dikeluarkan oleh pemerintah untuk membiayai Pemilihan Umum dan Pilpres untuk dua putaran adalah 13.500.000.000.000 (tiga belas trilyun rupiah). Jumlah yang sangat luar biasa untuk negeri yang dilanda krisis ekonomi yang tak kunjung reda, berdasarkan iklan salah satu pasangan capres/cawapres saat setiap rakyat indonesia memilik utang sebesar Rp 7.000.000,-. Sungguh sebuah kenyataan yang sangat ironis untuk negeri yang katanya kaya akan sumber daya alam dan kebudayaan ini. Namun saat ini itu hanya mimpi dan mungkin saja adalah sebuah dongeng, karena sampai saat ini kita semua ternyata memiliki utang dan kekayaan kita adalah kayan utang dan budaya kita adalah bersikap apatis terhadap masalah krusial bangsa ini.
Saat ini kita dapat melihat setiap orang hanya mementingkan kepentingan pribadinya, tidak adalagi budaya gotong royong dalam kehidupan sehari-hari. Yang kaya berpikir bagaimana dia bisa bertambah kaya dan si miskin berpikir bagaimana bisa bertahan hidup dihari esok. Kita adalah bangsa yang besar secara kuantitas namun bangsa yang kerdil dari segi kualitas. Namun semua itu mudah-mudahan bisa teratasi atau paling tidak bisa berkurang hal-hal miris yang terjadi di negara ini. Karena beberapa hari lagi kita akan menemukan pemimipin yang punya ide cemerlang untuk melepaskan negara ini dari cengkraman utang dan penyakit sosial yang semakin kronis. Hampir semua pasangan di Pilpres 2009 kali ini memiliki ide yang mirip-mirip jika di telisik lebih dalam, mereka semua menjanjikan kebijakan ekonomi yang berpihak kepada rakyat kecil dan berjanji menghapus/menghilangkan utang luar negeri selama mereka menjabat nantinya.
Untuk mewujudkan cita-cita tersebut negara harus mengeluarkan biaya sebesar yang disebutkan diawal tulisan ini. Dan kita semua berharap mudah-mudahan biaya yang dikeluarkan sebanding dengan kinerja mereka dilapangan nantinya. Ibarat pemain sepak bola (Christiano Ronaldo) yang dibeli dengan banderol ± 1,3 Trilyun, tentu pemilik klub yang membelinya berharap dia bisa bermain indah di lapangan hijau nantinya dan menjadi sumber uang untuk klub tersebut. Seperti itulah kira-kira harapan penulis secara pribadi dan mungkin saja menjadi harapan semua masyarakat indonesia.
Andai saja setelah mereka terpilih nanti dan dengan di tutup kata maaf di akhir tahun periode pemerintahannya, karena mereka lupa mewujudkan salah satu janjinya. Mungkinkah kita menerimanya..?, dan kita menyesali diri karena telah salah memilih pemimpin bangsa. Mudah-mudahan itu tidak terjadi dan kita semua bisa memakluminya nanti, karena siapapun yang terpilih jadi Presiden dan Wakil Presiden adalah manusia biasa yang pasti punya kekurangan dan kelebihan. Dan posisi itu adalah sebuah amanah agar bangsa ini punya pemimpin yang bisa mengayomi arah pergerakan bangsa menuju Indonesia yang adil, makmur dan sejahtera untuk semua rakyat Indonesia. Setelah pemerintahan itu berakhir kita akan mencari lagi penggantinya dengan biaya yang tentunya tidak sedikit di masa yang akan datang. Dan siklus ini akan terus berlangsung sampai era Demokrasi ini berganti menjadi era yang entah apa namanya nanti seperti era Orde Baru di masa yang lalu.
Apakah kita akan terus seperti ini…? lain padang lain belalangnya……
Kita tentu butuh sebuah solusi agar permasalahan bangsa ini bisa selesai dengan cepat. Karena sekarang seolah-olah masalah bangsa hanya dialami oleh kelompok tertentu, dapat kita lihat pada pilpres pada tahun 2004 yang lalu. Saat itu pasangan SBY-JK menjadi pemenang mengalahkan pasangan yang lain, dengan jargon “bersama kita bisa” pasangan ini mungkin berharap lima tahun kedepan pasangan lain dan pendukungnya bisa bekerja sama dan bahu-membahu menyelesaikan permasalahan bangsa.

Pemimpin yang tepat untuk menyelesaikan masalah bangsa ini adalah silahkan dibaca

Baca Selengkapnya......

Kamis, Mei 07, 2009

The Efforts Of Educated Unemployment Through Entrepreneurship Development Center In The State University of Makassar

Nowadays, one of the phenomena that occur in Indonesia, namely unemployment. Unemployment has been growing because of new job seekers is greater than the number of employment opportunities every year. Ironically, unemployment is dominated by the open circles that have a significant educational qualification. Unemployment of the educated unemployed is referred to as the educated.
Efforts that can be done to tackle unemployment is to create educated entrepreneurs from among students who are able to provide new employment and gave them any skills that match market needs. These can be done through training in entrepreneurship students. Implementation of the training is done through student entrepreneurship training centers in the State University of Makassar (UNM). This is based on the UNM vision that is as central to education, the review, development and education, science, technology, and a conception of art and educational entrepreneurship.
Writing this paper aims to understand the efforts of educated unemployment through entrepreneurship development training center student at the State University of Makassar. It applied with the concept of entrepreneurship training students are expected alumnus of UNM have the knowledge and skills appropriate to the needs of companies so that they easily get a job. In addition, it is expected that the creation of new entrepreneurs who are able to create employment so that the number of unemployment can be reduced.
Unemployment is a phenomenon where the work force does not get a job. According to Tyas (2005), unemployment is the labor force that is not working but are seeking full-timers who work in search of work. According Mariyanti, unemployment is the proportion of labor force that does not work. Unemployment has passed a formal school called educated unemployment. Djojonegoro (2008) states that the educated unemployed are those who have a graduate education qualification enough but still do not have a job. Unemployment of educated high school graduates, vocational high school , diploma programs, and universities.
According Martaja (2009), the criteria is the educated unemployed university graduates, both D1, D2, D3, S1, S2 and S3 is not a job, and they predicated as job seekers.
One of the important part is the entrepreneur in entrepreneurship. The entrepreneurial raised by Haruman (2008:2) who states that: entrepreneur is a person that is capable of combining various factors of production to create something new and have added value through a process called entrepreneurship. So the most fundamental essence of entrepreneurship is the occurrence of innovations that aim to improve welfare.
An entrepreneur must be able to create employment. Thus, the people who work as a result of the employment created by entrepreneurs will be help in the fulfillment of their needs. Entrepreneurs is a combatant subjugate themselves to the community with education and has existed with its own ability to help meet the needs of the community that increasing employment opportunities and expand (http://www.e-dukasi.net).
Entrepreneurship is a positive response to obtain business opportunities and services for others. According to Dalimunthe (2004), is the entrepreneurial spirit, behavior and ability to give positive responses to the opportunities that benefit themselves and / or better services, and create and provide a more useful product (http://digilib.usu.ac . id).
This will be discussed in this research is entrepreneurship students. By looking at the description of entrepreneurship, it can be mentioned that the entrepreneurial students are students as entrepreneurs who have the willingness, attitude, behavior, and the spirit, courage and bear the financial risk, psychiatric, social, and in managing a business with the goal of improving the welfare of self and community through fulfillment of community needs and expand employment.
Type of this paper is the study of literature (library research). Data and information used from various literature that are relevant to the issues raised. Literature in the form of books and articles from the internet media. After collecting data and information, and all results are reduced its relevanted problem with the review. The process of continuous problem which will be discussed that is descriptive data are analyzed, in a way to identify factors associated with the concept of entrepreneurship development training center students at UNM will be applied in an effort to tackle unemployment educated.
Educated unemployment is pengangguan consisting of circles that have a graduate education qualification enough. Graduates from the university occupy the largest amount of unemployment in the educated. Educated unemployment occur not merely because of lack of employment but also because the knowledge and expertise-degree graduates produced by universities or high schools have the skills gap with the standards set by the company. Therefore, universities should provide students with the knowledge and skills appropriate to the needs of employment.
Entrepreneurship is an effort that can be done in providing employment. But the fact is, entrepreneurship has not been owned by most people and students in the universities in Indonesia. The cause of entrepreneurship does not develop in some universities, including UNM because of the entrepreneurial learning is still limited to certain departments. In addition, there are several factors that lead to a less entrepreneurial applied or developed among the students that the traditional pattern of thought, lack of motivation and enthusiasm, the nature of the introvert degree, influence the success of the ethics process less respect, safety-spirited player, weaknesses in leadership, influence feudality new style, fear does not have any social status, and the fear of taking risks. Therefore, the need to develop an entrepreneurial training center students at UNM-based technology. Training centers will be implemented through learning in the classroom, technology practices, and implementation of entrepreneurship. In general, the activities include, Lectures Entrepreneurship, College of Real Business, Consulting and Job Placement, Internships Entrepreneurship, Alternative Student Work, and the New Entrepreneurial incubation. After training in entrepreneurship center in UNM students applied, then the expected alumnus of UNM are able to work in a company or a firm of entrepreneurs who create employment.
Based on the explanation, it can disimpulan that the efforts of educated unemployment can be done through the process of entrepreneurial learning in the classroom, technology practices, and implementation of entrepreneurial activities by the students directly through the center of training students in entrepreneurship based on technology in the State University of Makassar. The activities of training in entrepreneurship, which will be implemented, namely College Entrepreneurship, College of Real Business, Consulting and Job Placement, Internships entrepreneurship, Alternative Student Work, and the New Entrepreneurial incubation. Therefore, it is recommended to the UNM to consider the concept of entrepreneurship training centers so that students can develop the concept at UNM. While the government is expected to not only focus on the level of open unemployment, but also trying to press the number of educated unemployment.

Baca Selengkapnya......

Education, HOW ON STUDENT LEARNING (CBSA) SKILL AND PROCESS

0 false false false EN-US X-NONE X-NONE MicrosoftInternetExplorer4

1. The Student Learning How On (CBSA)
Learning application mental reaction is as-intellectual. Mental or cognitive reaction that happens, when dealing with child objects in the external environment around the child menstimulasinya. Objects can be referred to the external shape of the data, facts, events, problems, command, task description, and the like. In that regard, the way students learn what is on when connected with the concept that learning is a confrontation with new information or experience, the CBSA mean mental-intellectual reaction to the child in relation to the meaning of (wisdom) of the amount of data, facts, events, the settlement problem, the implementation of the command / task, and so forth. Meanwhile, when associated with the concept that learning is the learne's personal discovery of the meaning of that experience, the CBSA means pemerolehan the meaning of (wisdom) as a result of the experience of children with learning environment and learning objects.
With regard to the description above, then apply the principles of the CBSA, the process can be seen as the child to interact with learning objects to get wisdom contained in the object is belajat. What if disepadankan with Gagne (1975) the learning process is a set of events that created and designed to motivate, encourage and support student learning (and Manan Hanafi, 1988:14). Similarly with a view RAKA Joni (1980:1) that learning is the creation of the system environment that enables the occurrence of learning. Various views are essentially equivalent to that of the CBSA have principles is the creation of the system environment that provides a set of events to encourage children to take learning activities.
Active student learning (CBSA) is a term that means to the student active learning (SAL). CBSA is not discipline or language is not in theory, but is a way, the techniques used in learning activities (Semiawan, 1968).
Thus CBSA is one way or the learning strategies that require active student participation and learning in seoptimal so that students may be able to change behavior more effectively and efficiently in learning activities.
2. The characteristics of CBSA
Characteristics - the characteristics of the general method of learning How Active is Student Learning:
a. Students choose their own what is learned.
b. Students examine their own things.
c. Students prove themselves.
d. Conclude their own students.
e. Students write their own.
f. Students understand themselves.
CBSA have characteristics - characteristics and have learned the following conditions:
a. The atmosphere of togetherness to create a dynamic learning conditions, and relistis positive.
b. Providing the opportunity for students to develop abilities, to become a man full of creative initiative and independent, does not always depend on other people.
c. The occurrence of interaction, which is two-way communication, so that their change of mental attitude and knowledge, self esteem, the meaning of democracy in accordance with the dogged spirit and values of 45.

3. Destination CBSA
CBSA aims to give students the opportunity to be more active in developing the capacity in terms of personality:
a. Learning the lesson material with full attention.
b. Gain knowledge and experience with how to conduct themselves.
c. Own experience that uses material dipelajarinya lessons, develop curiosity and openness, honest, diligent, discipline, kretif of a given task.
d. Study group to determine the nature and the nature of personality and the ability of friends.
e. Thinking, mencobakan and develop the concept of certain values.
f. Determine the symptoms and / or learn / events that can menegembangkan new ideas.
g. Demonstrating the ability to think how to communicate that the discovery of new and penghayatan values both verbally and written.
4. The basic need CBSA
a. Assumption Education.
Education is a conscious effort treat humans. Education is the process of socialization to adulthood intellectual, social, moral and in accordance with the ability of human dignity.
b. Assumption students.
Assumption of the students based on: 1) pebelajar not human but a small man seutuhnya that have the potential to grow, 2) each individual / pebelajar different abilities, 3) individual / pebelajar basically the man is active, creative, and dynamic in the environment, 4 ) pebelajar have motifasi to meet their needs.
c. Teachers' assumptions.
Teachers starting from the assumption that: 1) responsible jawabatas that pebelajaran study results, 2) have the ability as a professional pebelajar, 3) have a code of ethics Teaching, 4) a role sebagaisumber study, study leader and facilitator, making it possible to study the achievement of better conditions for learning to pebelajar
d. Assumption Learning Process.
Some of the learners assumptions are: 1) the process of teaching is planned and implemented in accordance the system, 2) the study occurred when pebelajar interact with the learning environment that is governed by the learners, 3) the learning process will be more effective when using the methods and techniques are appropriate and efficient , 4) learning to give pressure to the process and a balanced product, 5) and the core of the learning process is the optimal learning pebelajar
5. Principles CBSA
a. Assumption education
The motive power is in private to encourage someone to do the activities.
b. Basic principles or context
Learning activities do not occur in a vacuum, is the pebelajar explanatory learn something new which, either directly or indirectly related.
c. Keterarahan principles point to the center or focus
Lessons are planned in the form of a pattern or be able to associate certain sections in a separate lesson. Without a pattern, lessons can be in pieces and the pebelajar akan difficult to concentrate.
d. The principle of social relationships or socialization
In studying the learners need to be trained to collaborate with colleagues sebayanya.
e. The principle of work to learn
Pebelajar in fact learn while working or doing activities
f. The principle difference between the individual or individualism
Each pebelajar, of course, have individual differences, such as: degree ingenuity, keenness, talent, family background and so forth.
g. The principle of problem-solving
Pebelajar all activities will be directed to achieve a particular purpose.

6. The Skills Approach
a. Approach to understanding the process skills
Skills skills pebelajar process is to manage the results obtained in the learning activities that provide opportunities to the broadest of pebelajar to observe, classify, interpret, predict, implement, plan and communicate research results are perolehannya (Ashar, 1991).
b. Objectives and scope of the process skills
1) The objective is the process skills to develop creativity in learning pebelajar, hinga they actively develop and implement a capability.
2) Scope of activities, starting on the physical and mental activities are fundamental in accordance with what is in my personal pebelajar.
c. Implementation process skills
Implementation of the skills strategy is to realize the process of setting pebelajar a classical, small groups, and individual activities in the learning process.
Ability or skills, basic skills in the implementation of the process include:
1) or the Mengobservasi
2) class (classifying)
3) Create a hypothetical
4) Plan of research / experimentation
5) Controlling variables
6) interpret or analyze data
7) Prepare the conclusion (inferensi)
8) predict (predict)
9) Applying (mengaplikasi)
10) communicate

Baca Selengkapnya......

Kamis, Maret 19, 2009

Demokrasi Kaum Kapitalis

Tak dapat dipungkiri, hampir semua negara di dunia menganut demokrasi sebagai acuan sistem sosial dengan berbagai macam variannya. Bahkan negara yang menganut sosialisme pun, kini mulai membuka diri dan lebih demokratis dalam membangun bangsanya. Indonesia, sejak awal kemerdekaannya hingga di era reformasi saat ini, memilih demokrasi sebagai landasan ketatanegaraan dan sistem sosial.

Demokrasi yang lahir dari perut renaissance atau enlightenment era setidaknya didasarkan pada 3 hal yaitu pertama, sebuah upaya perlawanan untuk meruntuhkan dogmatisasi dan otoritas gereja-kristiani yang menyebabkan kegelapan intelektual dan kemunduran peradaban manusia pada waktu itu. Kedua, berusaha untuk menempatkan manusia sebagai subjek yang otonom dengan mengutamakan rasionalitas dan intelektualitas. Manusia memiliki kekuatan untuk mengatur dan menentukan jalan hidupnya karena manusia adalah makhluk yang berakal.

Ketiga, semangat individualisme harus dilahirkan untuk menciptakan persaingan dan kompetisi karena hanya dengan kompetisi, manusia akan terdorong untuk menggunakan subjektivitas diri dan mengembangkan kemampuan berfikir demi kemajuan peradabannya. Dan cita-cita utamanya adalah menjadikan manusia sebagai pusat dunia (antroposentrisme) untuk menciptakan peradaban yang egaliter.

Individualisme dan Kapitalisme

Lalu apa hubungan antara demokrasi dan kapitalisme? Apakah ada simbiosis mutualisme diantara keduanya? Secara sederhana dapat diamati bahwa demokrasi mempunyai titik persinggungan dengan kapitalisme. Pada awal kemunculannya, demokrasi melahirkan kapitalisme sebagai sebuah sistem ekonomi yang mengandalkan individualisme dan korporasi industri.

Demokrasi dan kapitalisme dianggap sebagai paduan sistem yang paling ampuh karena dianggap mampu menempatkan rasionalitas subjek dan individualisme sebagai landasan gerak dimana tekhnologi dan penguasaan sumber daya alam dijadikan instrumen utama demi kesejahteraan manusia. Kapitalisme yang tujuan utamnya adalah akumulasi kapital, penguasaan alat-alat produksi dan eksploitasi membutuhkan sebuah ruang yang mampu disediakan oleh demokrasi yaitu kebebasan.

Dalam perkembangan tekhnologi mutakhir saat ini seperti tekhnologi informasi, transportasi dan komputerisasi, kapitalisme mendapatkan ruang yang terbuka untuk menancapkan kukunya. Ketiga instrumen globalisasi ini dijadikan senjata untuk membangkitkan pola konsumerisme masyarakat. Kapitalisme yang mengandalkan pola konsumsi masyarakat berusaha untuk mengubah pola pikir masyarakat menjadi pola yang konsumeristis dengan menggunakan media sebagai alat ekspansi kultural.

Kekuatan globalisasi dalam membangkitkan budaya konsumerisme adalah kemampuannya menciptakan kebutuhan-kebutuhan baru. Dipadukan dengan semangat demokratisasi dengan roh individualismenya, maka setiap manusia merasa bebas untuk mengkonsumsi dan melakukan pilihan terhadap komoditi yang dilempar ke pasar.

Pola kebebasan mengkonsumsi komoditas dilakukan tanpa mempertimbangkan eksistensi orang lain, moralitas, wahyu-wahyu agama dan nilai kegunaan komoditi tersebut. Selain itu, norma-norma, hukum dan kesepakatan sosial lainnya akhirnya runtuh akibat derasnya arus individualisme dimana setiap orang berhak untuk bersuara dan merasa diri paling benar.

Ketika setiap orang merasa memiliki hak untuk didengarkan dan diikuti, lalu dimanakah letak kesepakatan sosial itu? Ataukah justru demokrasi yang menyebabkan benturan dan clash sosial? Bukankah demokrasi bisa membawa peradaban manusia menuju masa pra-modern dimana hukum dan kesepakatan sosial tak diperlukan lagi sehingga manusia bisa berbuat apa saja? Dan dalam demokrasi yang kapitalistis ini, bukankah yang memiliki kapital besar da menguasai alat-alat produksi yang akan berkuasa? Dan jika sampai seperti itu adakah kesederajatan dan egaliterianisme seperti yang dicita-citakan demokrasi dihadapan kekuatan kapital dan uang?

Perkembangan tekhnologi informasi, transportasi, dan komputerisasi tersebut menyebabkan-meminjam istilah David Mc Clelland- kampung global yang menyerap energi setiap orang untuk masuk kedalamnya. Di ruang dunia yang semakin terasa sempit tersebut setiap orang diberikan kebebasan untuk memilih namun kesadaran mereka terlebih dahulu diindoktrinasi dengan “roh” konsumerisme agar akumulasi dan peredaran kapital tetap berjalan.

Maka, terdapat pola yang saling mendukung antara pola over-konsumsi manusia moderen sebagai landasan gerak kapitalisme dengan perkembangan demokrasi yang memberikan kebebasan kepada setiap manusia untuk melakukan pilihan.

Sekarang ini demokrasi-kapitalistik harus dicurigai serta dipertanyakan dan tidak hanya dijadikan sebagai satu acuan dasar yang dianggap paling benar. Apakah demokrasi mampu membawa peradaban dunia ini menjadi peradaban yang egaliter? Apakah semangat individualisme subjektif mampu membawa setiap manusia untuk meluluskan keinginannya tanpa mengganggu eksistensi orang lain? Dan apakah selera, kepentingan dan keinginan setiap manusia dapat terakomodasi tanpa adanya benturan?

Walaupun secara kasat mata demokrasi terlihat lebih moderat dan memberikan ruang kepada setiap manusia untuk berekspresi, namun satu hal yang tidak boleh terlupa bahwa demokrasi yang selama ini dipuja dan dijadikan acuan dasar tidak lain dan tidak bukan untuk memberikan ruang kepada kapitalisme untuk tetap exist.

Perkembangan tekhnologi informasi mutakhir sekarang ini utamanya media elektronik, berhasil menciptakan kebutuhan-kebutuhan baru manusia moderen. Kebutuhan yang dimaksud adalah keinginan yang tidak terbendung untuk mengkonsumsi segala sesuatu tanpa didasarkan pada nilai guna barang tapi karena didalamnya terdapat tanda, citra dan makna yang menandakan gaya hidup. Yang anda konsumsi adalah tanda dan citra.

Akibatnya terciptalah pola konsumsi masyarakat yang berlebihan. Hal ini dimaksudkan agar membludaknya komoditi yang dilempar ke pasar dapat terserap habis untuk menjaga keseimbangan pola produksi kapitalis. Maka diciptakanlah ruang-ruang kebebasan yang terkesan demokratis agar masyarakat dapat melakukan pilihan dalam memilih komoditi sesuai dengan selera. Masyarakat bebas memilih tayangan televisi tanpa dibatasi oleh norma kesusilaan walaupun tayangan tersebut dapat menyebabkan degradasi moral.

Masyarakat bebas untuk memilih mode pakaian sesuai dengan seleranya asalkan mampu membeli tanpa mempertimbangkan nilai-nilai agama. Dan akhirnya pikiran dan energi manusia terserap habis untuk memuaskan hasrat narsisisme dan pemenuhan kebutuhan artifisialnya. Semuanya dikorbankan demi satu kata yaitu kebebasan dan gaya hidup moderen.

Benturan Sosial

Konflik dan jurang sosial yang selama ini dianggap sebagai sesuatu yang lumrah dalam proses transisi demokrasi harus dicurigai. Apakah betul konflik selalu ada ataukah sekedar pembenaran? Konflik terjadi akibat setiap entitas merasa diri paling benar dan paling demokratis.

Entah entitas itu sebagai individu, etnis, golongan, agama, dan begitu pula negara. Friksi dan social clash diakibatkan oleh kuatnya sentimen individu manusia moderen yang kehilangan imaji-imaji sosial dan keinginan untuk saling berbagi. Hilangnya ikatan-ikatan sosial menyebabkan hilangnya kepekaan manusia karena yang tercipta adalah hasrat untuk menguasai dan “memaksa” orang lain sesuai dengan seleranya demi pemuasan hasrat, libido dan keinginan yang berlebihan.

Amerika serikat misalnya, yang menganggap dirinya sebagai Negara yang paling demokratis, dengan kekuatan ekonomi dan militernya, “memaksa” setiap Negara untuk memberlakukan demokrasi sesuai dengan selera dan kepentingannya.

Maka dilakukanlah ekspansi dan represi senjata kepada negara-negara yang dianggap tidak “demokratis” seperti Irak, Afghanistan dan beberapa negara mayoritas muslim dengan dalih demokratisasi dan membebaskan rakyat negara tersebut dari pemerintahan negaranya yang “otoriter”. Padahal melakukan represi senjata terhadap Negara lain justru menginjak nilai demokrasi dan HAM yang selama ini didengungkan.

Lalu kapan dan bagaimana setiap manusia dapat menguasai dan mengeksploitasi manusia lain? Jawabannya adalah ketika manusia tersebut menguasai kapital (uang, materi, dan sumber daya alam) dan alat-alat produksi (tekhnologi, media, dan pasar). Dalam wacana demokrasi kapitalistis, kekuasaan adalah modus eksistensi manusia dan uanglah sebagai panglimanya. Penguasa adalah mereka yang mempunyai kekuatan modal.

Lalu masih adakah semangat egaliter dan demokrasi dihadapan uang dan godaan-godaan materi? Ataukah justru demokrasi yang menyebabkan ketimpangan karena yang kuat dan memiliki akses ekonomi serta kapitallah yang berkuasa.

Adakah Ruang Untuk Mengelak?

Indonesia merupakan salah satu Negara yang mengalami euforia demokrasi setelah lepas dari pemerintaan otoriter orde baru. Gelombang reformasi 1998 masih menyisakan “pekerjaan rumah” bagi perkembangan demokrasi di Indonesia. Demokrasi sebagai sebuah sistem sosial kemasyarakatan harus memiliki orientasi yang berbasiskan realitas masyarakat.

Setiap Negara tentunya memiliki kebutuhan dan tantangan baik politik, ekonomi, sosial, dan budaya dalam membangun demokrasi. Demokrasi liberal di Amerika Serikat belum tentu dapat diterapkan di Indonesia mengingat kebutuhan, realitas sosial, psikologi masyarakat, dan kesejarahan kedua Negara sangat berbeda. Demokrasi harus dibangun berdasarkan kebutuhan setiap lokalitas yang berbeda.

Dapat dipahami bahwa pola dan sistem demokrasi yang dibangun di Indonesia merupakan hasil ratifikasi dari sistem demokrasi ala Amerika. Dengan kata lain, sistem demokrasi kita tidak berdasarkan pada realitas masyarakat Indonesia sehingga mengalami disorientasi.

Sejak Negara-negara asing kembali menancapkan kuku kekuasaannya di era orde baru, Negara kita menjadi negara boneka dihadapan utang luar negeri dengan berbagai kebijakan-kebijakan penyesuaian struktural (SAP) asing yang harus diterapkan di Indonesia sebagai kompensasi. Di bidang ekonomi, Indonesia harus memberlakukan sistem ekonomi trickle down effect atau lebih dikenal dengan pembangunanisme.

Pembangunanisme dengan sistem merembes kebawah selama ini justru banyak dinikmati oleh kalangan konglomerat dan para industrialis kakap dengan berbagai fasilitas dan bantuan dana asing yang pada akhirnya ditanggung oleh rakyat. Dari segi pertanian dan agrikultur, pada tahun 1970-an, Indonesia menerapkan revolusi hijau yang juga hasil rekayasa asing dengan dalih pelipatgandaan hasil pertanian dan bibit unggul. Walaupun dalam beberapa tahun Indonesia mengalami surplus pangan, akan tetapi revolusi hijau menimbulkan masalah aru seperti munculnya hama baru, rusaknya ekosistem dan sistem pertanian tradisional yang ramah lingkungan dan penggunaan dana yang besar dalam menyediakan pupuk dan pestisida.

Bukan hanya dari kedua segi tersebut Indonesia mengalami intervensi asing. Akan tetapi, dari segi politik, kebijakan dalam negeri, serta kebijakan politik luar negeri, Indonesia lebiha banyak dikuasai oleh intervensi asing dengan berbagai dalih dan janji yang muluk-muluk. Dan semua itu dibingkai dengan satu kata yaitu demokrasi. Tapi apakah sistem demokrasi yang banyak diprakarsai oleh Negara asing sesuai dengan kondisi keindoesiaan kita?

Dalam menghadapi kepungan barat saat ini maka perbincangan mengenai demokrasi lokal dan kebangkitan lokalitas merupakan sesuatu yang sangat urgen. Demokrasi lokal dimaknai sebagai penguatan institusi daerah dan masyarakat secara keseluruhan yang berawal dari pemahaman terhadap nilai dan moralitas budaya. Lokalitas bukanlah untuk menciptakan sentimen kedaerahan atau nasionalisme sempit akan tetapi lebih dimaknai sebagai mempertahankan nilai-nilai, moralitas, pengetahuan, religiusitas dan spiritualitas, serta kearifan lokal. Kemampuan untuk memahami diri, lingkungan, budaya dan kepentingan nasional merupaka prasyarat utama dalam menciptakan kreativitas dan kemampuan untuk berproduksi.

Pertanyaan kemudian adalah adakah ruang demokrasi dalam ranah lokalitas di Indonesia? Agak sulit dipungkiri bahwa realitas masyarakat tradisional kita masih diselimuti dengan budaya paternalistik. Psikologi kerajaan yang terjadi beberapa abad lalu masih tertanam kuat dan menyisakan budaya paternalistik yang menganggap pemimpin sebagai manusia setengah dewa yang kebal akan kritik dan pamali untuk tidak mematuhi segala titahnya.

Parang tambung, 19 Maret 2009

Baca Selengkapnya......

9 April 2009

Gong pesta demokrasi Indonesia telah dimulai pada 16 maret 2009.......
pada tanggal tersebut telah dimulai waktu kampanye yang resmi diizinkan oleh komisi pemilihan umum indonesia, tapi pada kenyataanya sudah banyak yang memulai sejak 3 bulan yang lalu....

yap sebuah pesta super meriah yang menghabiskan dana triliunan rupiah, itupun hanya untuk mencari wakil rakyat yang pas untuk duduk di kursi legislatif.......
mereka yang katanya akan menyampaikan aspirasi kita di DPRD kab., Prov., Ataupun DPR/MPR.
mudah-mudahan rakyat Indonesia memilih wakilnya yang tepat, sehingga mengurangi aksi-aksi demonstrasi yang akhir-akhir ini marak dilakukan oleh kawan-kawan mahasiswa yang lain.

Beragam persiapan telah dilakukan KPU untuk memeriahakan pesta ini, mulai dari merubah cara pemungutan suara dari coblos menjadi contreng, kemudian keputusan suara terbanyak yang ditelorkan oleh perwakilan kita dilegislatif, kontroversipun bermunculan di seantero negeri....... karena hal-hal yang katanya asing bagi sebagian orang.

mudah-mudahan pesta yang dibayar mahal ini betul-betul menghasilkan orang-orang yang pantas duduk di kursi panas negeri ini.
9 April akan menjadi pertaruhan sejarah bangsa ini 5 tahun kedepan......
silahkan ingin memilih atau golput karena pusing dengan banyaknya pilihan....?

Baca Selengkapnya......

Rabu, Maret 18, 2009

PUSING

Kurang lebih 4 bulan tidak pernah aktif di blog, sekarang lagi pusing mau nulis tentang apa dan mulainya dari mana,....

4 bulan terakhir lagi sibuk urus bisnis, namanya Duta Bussines School, yap bisnis ini sangat menjanjikan untuk kalangan mahasiswa, kalau mau belajar dan menerti cara kerjanya silahkan kunjungi situsnya di http://www.duta4future.com.
kawan-kawan bisa belajar banyak disana......
inti dari bisnis ini cuma mengembangkan kemampuan kalian untuk mengembangkan jaringan, kalau mau lihat penghasilan saya silahkan coba masukkan no id saya DBS631435 passwordnya DRCIVIL.
Selamat mencoba.....

Baca Selengkapnya......