Minggu, Juni 10, 2012

PEMAKNAAN PROSES, BUKAN PADA HASIL

“Kebersamaan selalu menghasilkan banyak interaksi, dan dari interaksi biasanya akan menghasilkan banyak interpretasi, dari interpretasi yang beragam akan menimbulkan jutaan pemaknaan”

“Kumpulkan makna yang kita dapatkan, silahkan di ramu dengan resep pribadi dan menghasilkan produk terbaik, yang siap menaklukkan badai terganas, pendakian yang paling terjal, dan menyelami palung terdalam di lokasi tempat kita berkontemplasi”

“Mungkin disanalah kita akan berdamai dengan hati, waktu, dan tempat”

“Sebelum perpisahan tiba, tumpahkanlah dengan elegan ketidaknyamananmu dan kecintaanmu pada dia, agar tak memberatkan langkah ke urat nadi negeri ini”

Jatiluhur, 4 Juni 2012 (23.45 WIB)


Setelah 6 minggu bersama, kini memasuki masa-masa akhir dari Pelatihan Intensif Pengajar Muda angkatan 4. Begitu banyak kenangan yang terukir di barak tentunya. Dari yang biasa sampai luar biasa, dari gagal sampai berhasil, dari nol sampai tak hingga. Mengikuti pelatihan intensif ini sungguh sangat luar biasa bagi saya, begitu banyak pelajaran berharga yang aku dapatkan. Semoga nantinya bisa aku urai satu persatu saat di lokasi penempatan (Kabupaten Rote Ndao, Kecamatan Rote Barat, Desa Oenitas), saya diberikan kesempatan untuk mengajar dan belajar di SD Inpres Oenitas.

Selama Training, kami benar-benar merasakan keakraban yang sangat erat. Berat rasanya melewati hari-hari menjelang deployment. Disaat keakraban lagi hangat-hangatnya, kami diharuskan berpisah ke daerah penempatan masing-masing untuk melanjutkan karya Pengajar Muda angkatan 2. Namun saya sudah siap apapun dan bagaimana kondisinya, karena saya yakin di urat nadi negeri pasti lebih nikmat . Saya membayangkan senyum hangat tunas negeri ini, hangatnya alam yang masih murni, dan tantangan yang selalu ada pastinya. Semoga cita, cinta, dan harapan selama di sana bisa terlaksana dengan lancar, mohon doanya.......

*Saat tulisan ini terbit, penulis sedang mengembara di hutan Situ Lembang bersama 71 pengajar muda... mohon doanya lagi semoga kami di beri kemudahan dan kesehatan semuanya....

Salam Pengabdian,

Baca Selengkapnya......

Minggu, Juni 03, 2012

KENAPA AKU MEMILIH JADI PENGAJAR MUDA ?

Berniat baiklah karena niat itu dari bagian termurni manusia, yaitu Hati

Secara biologis fungsi hati yang aku pahami adalah untuk menetralisir racun dan bekerja untuk memurnikan cairan yang ada pada tubuh manusia. olehnya itu ketika hati seseorang telah rusak, maka kemungkinan untuk hidup semakin kecil. Kita sangat dianjurkan oleh pakar kesehatan untuk memakan makanan yang sehat dan bergizi agar kita tak mengalami gangguan hati yang kronis. Dalam islam kita juga dijarkan untuk menjaga kemurnian hati dari penyakit hati, seperti dengki, hasud, ria, angkuh dan lain-lain. Karena orang yang memiliki penyakit hati yang kronis tidak menutup kemungkinan akan mengalami gangguan jiwa.

Medio Desember 2011, waktu itu aku hanya iseng-iseng mengisi aplikasi Gerakan Indonesia Mengajar. Waktu itupun ku isi menjelang last minute, di sela-sela melayani pengunjung di cafe saya Ba-A Rumah Pisang namanya. Sebenarnya di perekrutan Pengajar Muda angkatan kedua saya sudah mulai mengisi aplikasi pendaftaran namun di kolom tahun lulus SAYA berhenti mengisinya, karena saat itu saya memang belum sarjana . Dan sejak gagal mengisi aplikasi itu saya juga sudah melupakan untuk menjadi pengajar muda, saya hanya fokus pada penyelesaian studi dan membesarkan usaha yang sudah saya rintis sejak 2010 bersama kawan saya. Apatah lagi menjelang sarjana usaha saya yang awalnya hanya sablon kaos, saat itu mulai memiliki modal untuk membuka lagi unit usaha baru. Maka lahirlah Ba-A Rumah Pisang, yang ternyata lebih dikenal jika dibandingkan dengan saudara tuanya (Ba-A Clothing).

Oktober 2011, alhamdulillah akhirnya saya mendapatkan gelar sarjana setelah lima tahun dua bulan. Di bulan yang sama pula, berbagai tawaran pekerjaan yang sesuai bidang ilmu saya (Teknik Sipil) mulai berdatangan seperti pengawas harian sampai perencanaan proyek. Tetapi saat itu kondisi usaha belum stabil, jadi tak satupun tawaran aku terima. Kecuali, tawaran dari dosenku yang bisa ku bilang bukan tawaran kerja profesional, tapi beliau meminta tolong untuk di bantu dalam hal pengawasan proyek bantuan rumah nelayan di daerah asalku di Bulukumba. Sehingga saat itu aku benar-benar lupa dengan pendaftaran Indonesia Mengajar. 

“Poster Indonesia Mengajar”

Entah apa maksud adik saya (Tismi Dipalaya) membawa pulang poster IM sebanyak dua lembar yang juga ku tak tahu di mana ia dapatkan. Di poster itu terpampang gambar SOEKARNO yang sedang mengajar di alun-alun keraton Jogjakarta dan yang satunya gambar pengajar muda bersama siswanya di Halmahera Selatan. Poster itupun hanya ku lihat sekilas, namun kalimat “Setahun Mengajar, Seumur Hidup Menginspirasi” kembali mengingatkanku akan aplikasi yang dulu pernah ku isi. Namun lagi-lagi aku belum tertarik, bahkan pernah sekali aku berkata kepada kawanku “masih banyak cara lain untuk mengabdikan diri pada bumi pertiwi. Misalnya saja menjadi pengusaha yang menjadi asset bangsa”.

Di lain waktu, saya kembali bertemu dengan kawan saya sewaktu SMU yang mempertanyakan kegiatan saya akhir-akhir ini setelah sarjana. Dengan mantab ku jawab jika sekarang saya menjadi tukang sablon dan kasir di Ba-A Group :D. Di tengah-tengah mengobrol dia menyampaikan jika pendaftaran Indonesia Mengajar telah di Buka dan Pak Anies Baswedan akan berkunjung ke kampus kami (Universitas Negeri Makassar) dalam waktu dekat. Dia bahkan menyarankan untuk mengisi aplikasi secepatnya dan menghadiri kuliah umum yang akan dibawakan oleh pak Anies nantinya. Waktu itu saya hanya mengiyakan di mulut, tetapi di hatiku belum sepenuhnya.

Waktu terus berjalan, akupun tak menghadiri kuliah umum yang dibawakan beliau. Namun kawan-kawan yang aku kenal di kampus, ternyata terus menceritakan kegiatan kuliah umum yang dibawakan oleh beliau. Termasuk kakanda saya di LPM Penalaran yang menjadi moderator ketika acara berlangsung. Ditambah lagi kawan saya yang sengaja menyempatkan mampir di Rumah Pisang untuk berdiskusi tentang materi kuliah umum dan khususnya tentang Indonesia Mengajar. Saya masih ingat menjelang dia pulang, lagi-lagi dia menganjurkan “isimi cepat, mantap itu program”.

Selain dari orang-orang di atas, kawan saya yang sudah menjadi pengajar muda angkatan II juga menganjurkan untuk bergabung menjadi pengajar muda. Katanya waktu itu “kalau kayak kau cina pasti lolosko, betulanka.....!!!!”. Belum lagi saudara saya di Jurusan dan di Penalaran yang ternyata diam-diam mendaftar dan dilengkapi dengan video profil diri, semakin membuatku panas. Dan mungkin dulunya secara tidak sadar kami kadang-kadang bersaing, ya jika me-review yang lalu-lalu grafiknya mungkin seimbang (versi saya). Tak bisa juga aku pungkiri jika sifat “keakuanku” kadang-kadang muncul jika mengingat-ingat apa yang telah aku bagi.

Akhirnya, 17 Desember 2011 tepatnya pukul 20.30 wita dengan tujuan untuk membuktikan kalo saya pernah mendaftar kembali aku buka www.indonesiamengajar.org. Dimana waktu itu bersamaan pula dengan waktu jaga saya di Rumah Pisang, jadilah pemikiranku terbagi. Sebagian konsentrasi melayani pesanan pengunjung, sebagian lagi konsentrasi mengisi aplikasi. Dan kurang lima menit pukul duabelas malam aplikasiku baru selesai terkirim, karena ternyata yang harus di isi tak sependek yang aku bayangkan. Setelah mengisi, paling tidak kawan-kawanku yang sering menanyakan bisa aku jawab “iya sudahmi, ko iya?”. Mau lulus atau tidak itu persoalan di belakang.

Berdialog dengan Hati dan Mata

Setelah mendaftar barulah saya berkontemplasi tentang hidup, tujuan hidup, pengalaman pribadi, dan cita-cita. Kembali mengingat dan menghubungkan setiap peristiwa yang telah terlewati, namun tak kunjung kutemukan jawaban dari pertanyaan “untuk apa hidupmu?”. Jadilah aku semakin ragu pada diriku sendiri, jangan-jangan saya mendaftar IM bukan untuk pengabdian tetapi hanya untuk mendapatkan prestise dari orang-orang yang mengenalku. Semakin lama, kotemplasi yang kulakukan ternyata menimbulkan banyak pertanyaan yang semakin ribet untuk ku jawab.

Hingga pada suatu waktu, aku berdiskusi dengan sahabatku tentang fenomena yang terjadi di dunia, hingga tentang keyakinan dan perubahan pada dirinya yang bisa saya katakan perubahan yang begitu frontal. Diskusi yang berlangsung sampai pukul empat dini hari itu ternyata mampu merangkum perjalanan hidup selama dua puluh tahun. Dari dia saya banyak mengetahui hal-hal baru tentang hidup ini, dan dari hasil diskusi itu pula dapat aku simpulkan jika saya butuh spasi dari jutaan waktu yang telah terlewati. Selama ini, saya hanya mengejar apa yang dikendalikan oleh nafsu, tak pernah sekalipun ku temui tentang ketenteraman bathin. Dan aku yakin di lokasi penempatan nanti, jika pengetahuan yang kumiliki dikombinasikan dengan lingkungan yang murni akan menghasilkan sesuatu yang luar biasa bagi diriku secara pribadi dan bagi mereka yang berinteraksi dengan saya.

Di Daerah penempatan itulah nantinya, insyaallah bisa ku jawab pertanyaan besar yang selalu menggangguku. Dan semoga di sana kutemukan cahaya spiritual yang selama ini selalu ku cari dan kurindukan, untuk mencairkan kebekuanku dihadapan sang pencipta. Semoga apa yang aku putuskan, bisa bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Seperti tag line Indonesia Mengajar: 

SETAHUN MENGAJAR, SEUMUR HIDUP MENGINSPIRASI

*Namun perlu kawan kawan ingat, Menjadi pengajar muda adalah pilihanku... di tempat lain masih banyak pilihan lain yang bisa kita pilih untuk dijadikan jalur pengabdian untuk negeri, dan menurut saya yang paling minimal adalah memaksimalkan potensi diri, berbuat positif dan banyak berbagi kepada orang lain....

wassalam, salam pengabdian..... 

Baca Selengkapnya......