Jumat, April 16, 2010

Catatan Petarung Sejati tentang Orang Tua (Bersambung)

Hidup adalah perjuangan seperti itu kata pepatah lama yang saya peroleh di bangku sekolah. sejak kita belum jadi apa-apa, calon manusia telah berjuang dan bertarung dengan jutaan sperma yang lain..... setelah berlomba habis-habisan akhirnya sperma terhebat jadi pemenang dan berhak untuk membuahi sel telur.

Kemudian dalam perjalanan selanjutnya kita (dan ibu tentunya) berjuang untuk tumbuh menjadi manusia yang hebat, mulai dari janin hingga terlahir. Walaupun terkadang ada saudara-saudara kita yang terlahir tak sempurna secara fisik, tapi yakinlah bahwa mereka adalah yang terbaik karena terlahir dari hasil perjuangan yang mengalahkan jutaan sel sperma yang lain.


Dalam perjalanan hidup, sewaktu kita kecil orang tua kita berjuang semampunya untuk memberikan yang terbaik untuk buah hatinya, mulai dari urusan perut hingga urusan mata (mainan, pakaian dll)walaupun terkadang kita harus menitikkan air mata baru memperolehnya. Ketika kita menangis untuk memperoleh sesuatu, sesungguhnya orang tua kita menangis lebih hebat lagi dari kita (tetapi ini dalam hati). Mereka sedih melihat buah hatinya yang sangat menginginkan sesuatu tetapi mereka belum mampu memenuhinya.

Beranjak remaja, kita mulai menginginkan bermacam-macam (sepeda, motor, mobil, handphone, laptop, pakaian keluaran terbaru, kuliah di universitas terkemuka dll), orang tua kita tercinta tidak pernah mengatakan TIDAK untuk semua permintaan itu. Kata-kata yang terbaikpun dikeluarkan "iya, nanti kalau kita ada rejeki saya pasti belikan". Begitu tingginya penghargaan orang tua terhadap anaknya. Mereka terus berjuang untuk memberikan yang terbaik kepada anaknya, sementara sang anak di masa remaja tidak pernah sadar kalau semua keinginannya itu menjadi beban bagi mereka. Sang anak hanya terus meminta, meminta, dan meminta hingga dia tidak sadar bahwa sejak bayi hingga remaja sudah ada jutaan permintaan yang dikabulkan.

Dimasa remaja inilah fase yang sangat susah bagi orang tua untuk mengontrol anaknya, karena sang anak merasa tidak dipenuhi permintaanya, dia mulai merasa bahwa orang tua tidak sayang lagi dengannya. Sehingga dari perasaan tersebut sang anak mulai mencari dunia yang sesuai dengan keinginannya, dunia yang menurutnya bisa memenuhi keinginannya baik materi, fisik, aktualisasi, bahkan mengekspresikan jiwa-jiwa pemberontaknya. pada fase inilah biasa lahir kenakalan remaja, yang membuat orang tua merasa telah gagal mendidik anaknya (padahal dia telah mengabulkan jutaan keinginan sang anak).
Kemudian saya bertanya, pernahkah kita mengucapkan terima kasih untuk setiap pemberiannya.....??????
mungkin saat itu saking senangnya kita lupa untuk mengucapkannya.....

Kapan kita bisa membalas semua jasa-jasanya...?

Mungkin pertanyaan ini sangat susah di jawab, tetapi bagi saya jawabannya adalah kita tidak akan pernah mampu untuk membalasnya hingga setimpal. Yang konkrit bisa dilakukan hari ini adalah berbuat yang terbaik, dimanapun kita berada. Berbuat sesuatu yang bermanfaat untuk orang lain, orang-orang yang kita cintai, dan diri sendiri.

The battle within man, is something timeless ........

Mari kita terus "BERTARUNG" hingga bisa menjadi pemenang sejati, yang pada akhirnya nanti mampu membuat orang tua kita bangga telah memiliki anak seperti kita........

Kamar 5/16, 02.30 WITA Dini Hari

0 komentar: