Seperti jumat yang
biasa, saat matahari hampir tegak lurus dengan panasnya yang sangat menyengat.
Aku mengenderai sepeda motor ke arah timur, menuju ibu kota kecamatan Rote
Barat Daya, Batutua namanya. Setiap jumat aku melakukan rutinitas ini untuk
melaksanakan sholat jum'at di masjid yang paling dekat dan paling mudah di
akses dari desaku. Siang itu panas sangat menyengat di banding hari-hari biasa.
Ahhh.... Mana aku hanya memakai kemeja lengan pendek lagi, ya sudah kubiarkan
matahari siang itu memanggang kulitku yang memang sudah mulai eksotik khas
orang Rote. Sekitar 30 menit berlalu akhirnya aku tiba di rumah pak Ali, kawan
guru di mana PM Akbar selalu beristirahat jika sedang ada di Batutua.
Setelah ngobrol
sebentar, bedug masjid berbunyi kemudian dilanjutkan dengan adzan dan secara
kebetulan kidung jemaat juga membahana di rumah duka yang berada sebelah
masjid. Keringatpun bercucuran saat berada dalam masjid yang berukuran
kira-kira 10 x 15 m, suhu siang itu memang berbeda dari hari-hari sebelumnya.
Padahal dari kejauhan awan gelap dan kilatan petir kelihatan sangat jelas. Ohh
tuhan mudah-mudahan hujan segera datang, harapku...., selesai sholat saya, PM
Akbar, dan Pak Ali mampir ke rumah duka untuk mengikuti upacara pemakaman.
Menurut kabar yang meninggal adalah seorang bayi yang baru lahir kemarin siang
, siang itu juga dia dimakamkan di samping rumahnya.
Setelah makan siang
dan ngobrol sebentar, aku dan PM Akbar bergerak menuju Desa Oeseli tempat dia
bertugas. Adalah sesuatu yang tidak biasa ketika tiba disana dan melihat
beberapa orang di Oeseli berjalan sambil merapatkan handphone di telinganya,
kemudian berbicara dan tertawa puas dengan sanak saudaranya yang ada di belahan
nusantara yang lain. Siang itu saya sangat menikmati pemandangan
"aneh" di Oeseli, mungkin di kota-kota besar sudah hal biasa jika
melihat pemandangan seperti ini. Tapi ekspresi kebahagiaan yang muncul di sini
jauh berbeda dengan apa yang biasa aku liat.
Akupun sampai
ikut-ikutan menikmati euforia itu. Saat itu aku ada di Pos Marinir yang
berjarak hanya 20-an meter dari rumah Akbar, aku kemudian menelpon akbar yang
ada di rumahnya. Setelah itu juga ku kabari ibuku di Bulukumba sana, "iye,
ini adaka di Desa Oeseli. Desa yang baru tadi malam ada sinyalnya". Dalam
hati, "oooo..... begini to rasanya jika desamu baru ada sinyalnya",
hari yang sangat mengharukan.
Beberapa saat
berlalu housefam PM Tomo (PM angkatan pertama yang bertugas di Oeseli) meminta
Akbar menelpon Tomo. Wuihhhhh dengan suara yang sangat semangat kulihat
pasangan suami istri didepanku berbicara dengan handphone dengan mata yang
berbinar bahagia...... Karena bisa berbicara langsung dari Oeseli dengan
anaknya yang ada di jawa sana, dimana selama ini mereka hanya dapat kabar dari
Akbar ataupun orang-orang Oeseli yang sempat berkomunikasi dengan Tomo ketika
berada di daerah bersinyal.
Puas berbicara
dengan Tomo, mereka kemudian bercerita jika sebenarnya tadi malam (30 November
2012) orang-orang Oeseli yang punya handphone hampir tidak tidur sampai pagi
karena menikmati sinyal pertama mereka yang muncul di layar Hp tepat pukul
00.00 Wita. Aku yang untuk pertama kalinya berkunjung ke sana kemudian disambut
sinyal yang full di layar Hp merasakan sangat bahagia, aku sulit membayangkan
bagaimana bahagianya penduduk desa ini menikmati sinyal pertamanya.
Asyik menikmati
sinyal perdana Oeseli, tak terasa waktu menunjukkan pukul 16.00. Segera aku
berpamitan kepada orang tua akbar dan bapak ibu yang ada di Oeseli untuk
bergeser pulang ke Desa Oenitas. Setelah bergeser empat kilometer dari Oeseli,
kulihat langit mulai menghitam. Alhamdulillah mudah-mudahan segera hujan ya
Allah, aku berdoa.
Sepuluh kilometer
sebelum desaku akhirnya hujan itu datang juga, setelah lima bulan menghilang
dari pulau ini (musim kemarau di Rote mulai bulan April - November) aku belum
pernah merasakan hujan se-lebat ini. Setelah kuamankan dompet dan Hp di bawah
sadel motor, kubiarkan tubuh ini di basahi hujan lebat perdana di Desa Oenitas.
Sepanjang jalan kunikmati aroma tanah kering yang di tetesi air hujan. Layaknya
anak kecil yang begitu bahagia bermain hujan, begitulah mungkin perasaanku.
Motorku kadang ku pacu dengan gas poll kadang kupelankan dan ku iringi lagu
dengan lirik-lirik dan nada yang tidak jelas.
Hari itu sangat
kunikmati semuanya, sinyal dan hujan perdana ternyata rasanya luar biasa jika
dipadukan. Semoga saja di musim penghujan mendatang Oenitas dan Oeseli bisa
menikmati aliran listrik perdananya.
Baca Selengkapnya......