Kamis, Desember 31, 2009

Jenis-jenis Beton (Lanjutan)

Ada bermacam–macam jenis beton, yaitu :

a. Beton Ringan

Beton ringan adalah beton yang dibuat dengan beban mati dan kemampuan penghantaran panas yang lebih kecil dengan berat jenis kurang dari 1800 kg/m3.

b. Beton Massa

Beton massa adalah beton yang dituang dalam volume besar, yaitu perbandingan antara volume dan luas permukaannya besar. Biasanya beton massa dimensinya lebih dari 60 cm.

c. Ferosemen

Ferosemen adalah suatu bahan gabungan yang diperoleh dengan cara memberikan suatu tulangan berupa anyaman kawat baja sebagai pemberi kekuatan tarik dan daktilitas pada mortar semen.

d. Beton Serat (Fibre Concrete)

Beton Serat adalah bagian komposit yang terdiri dari dari beton biasa dan bahan lain yang berupa serat. Serat dalam beton ini berfungsi mencegah retak– retak sehingga menjadikan beton lebih daktail daripada beton biasa.

e. Beton Non Pasir (No-Fines Concrete)

Beton Non Pasir adalah bentuk sederhana dari jenis beton ringan yang diperoleh dengan cara menghilangkan bagian halus agregat pada pembuatan beton. Tidak adanya agregat halus dalam campuran menghasilkan suatu sistem berupa keseragaman rongga yang terdistribusi di dalam massa beton serta berkurangnya berat jenis beton.

f. Beton Siklop

Beton Siklop adalah beton normal/beton biasa yang menggunakan ukuran agregat yang relatif besar. Ukuran agregat kasar dapat mencapai 20 cm, namun proporsi agregat yang lebih besar ini sebaiknya tidak lebih dari 20 % agregat seluruhnya.

g. Beton Hampa

Beton Hampa adalah beton yang setelah diaduk, dituang, dan dipadatkan sebagaimana beton biasa, air sisa reaksi disedot dengan cara khusus yang disebut cara vacuum. Air yang tertinggal hanya air yang dipakai untuk reaksi dengan semen sehingga beton yang diperoleh sangat kuat.

h. Beton Mortar

Beton Mortar adalah adukan yang terdiri dari pasir, bahan perekat, dan air. Mortar dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu : mortar lumpur, mortar kapur, dan mortar semen.

Baca Selengkapnya......

Rabu, Desember 30, 2009

BETON (sebuah catatan kuliah)

Beton adalah hasil pencampuran semen
portland, air, dan agregat (dari berbagai sumber). Kadang-kadang juga ditambah bahan tambahan yang sangat bervariasi mulai dari bahan kimia tambahan, serat, sampai bahan buangan non kimia dengan perbandingan tertentu. Pada proses terbentuknya beton, semen dan air akan membentuk pasta semen yang berfungsi sebagai perekat/pengikat dalam proses pengerasan.

Pada proses pengerasan, pasta semen dan agregat halus (pasir) akan membentuk mortar yang akan menutup rongga-rongga antara agregat kasar (kerikil atau batu pecah), sedangkan pori-pori antara agregat halus diisi oleh pasta semen yang merupakan campuran antara semen dengan air sehingga butiran-butiran agregat saling terikat dengan kuat dan terbentuklah suatu massa yang kompak/padat.

Beton adalah suatu pencampuran bahan agregat halus dan kasar yaitu pasir, batu, batu pecah atau bahan semacam lainnya, dengan menambahkan secukupnya bahan perekat semen dan air sebagai bahan pembantu guna keperluan reaksi kimia selama proses pengerasan dan perawatan beton berlangsung (Moh. Junaedy, 2009). Agregat halus dan kasar disebut sebagai bahan susun kasar campuran, merupakan komponen utama beton. Komposisi campuran beton terdiri dari agregat halus, agregat kasar, semen, dan air yang dapat berupa :

- Air + semen = Pasta

- Air + semen + Agregat halus = Mortar

- Air + semen + Agregat halus + Agregat kasar = Beton

Nilai kekuatan serta daya tahan beton merupakan fungsi dari banyak faktor, diantaranya ialah nilai banding campuran dan mutu bahan susun, metode pelaksanaan pengecoran, pelaksanaan finishing, temperatur dan kondisi perawatan pengerasan.

Dalam beberapa perencanaan campuran beton, proporsi semen, air, pasir dan kerikil atau batu pecah diperoleh dari hasil percobaan perhitungan untuk menghasilkan mutu beton yang dikehendaki. Jadi beton yang direncanakan dengan baik harus dapat menunjukkan 3 hal nyata yang menghasilkan:

1. Suatu campuran yang ekonomis.

2. Mudah dikerjakan pada saat masih beton segar.

3. Sifat-sifat yang diisyaratkan setelah mengeras

(bersambung........)

Baca Selengkapnya......

Senin, November 23, 2009

Seandainya Mereka Rajin Upacara Bendera Tiap Hari Senin.......

Pagi-pagi buta mataku terbangun sekitar pukul 06.00 Wita, hari ini tidak biasanya saya bangun sepagi ini.... saya bangun karena harus mengikuti Upacara bendera di SMA Neg. 11 makassar yang akan dirangkaikan dengan penandatanganan MoU antara lembaga yang saya Pimpin (Lembaga Penelitian Mahasiswa UNM) dengan pihak sekolah dalam hal Pembinaan Kelompok Ilmiah remaja (PIKIR).

Yang ingin saya bicarakan pada tulisan ini adalah UPACARA BENDERA........ yap, mungkin bagi kita yang tidak pernah lagi berinteraksi dengan SEKOLAH sudah lupa apa saja rangkaian acara upacara bendera...... bagi penulis hal-hal penting yang sempat terekam dari upacara tadi yaitu sila ke-empat dan lima pancasila yaitu KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH KHIDMAT KEBIJAKSANAAN DALAM PERMUSYAWARATAN DAN PERWAKILAN, SERTA KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA..... pertanyaanya kemudian sudahkah kedua sila ini terlaksana dengan semestinya...? ataukah ini hanya sila-sila yang terlalu ideal dan sangat berat untuk dilaksanakan.....?

Konsep perwakilan masih kita rasakan dalam konteks memilih anggota DPR/DPRD maupun memilih DPD. Persoalan lain apakah para wakil-wakil tersebut mewakili kepentingan pemilih atau konstituennya atau memilih partai atau kelompoknya. Kalau tidak maka ini adalah penjabaran konsep perwakilan yang semu, perwakilan yang ”ecek-ecek.”

Bagaimana dengan konsep musyawarah? Dalam berbagai kesempatan baik di parlemen maupun pada kegiatan lain voting mulai marak digunakan. Apakah hal ini mencedarai kearifan musyawarah? Memang selama ini pun kita akui kadang-kadang musyawarah itu sering dimanipulasi baik dengan mengatasnamakan kepentingan bersama, kepentingan bangsa dan negara sampai yang menuduh subversif bagi mereka yang tidak mau mengakui hasil musyawarah. Jadi bagaimana konteks musyawarah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara?

”kerakyatan yang dipimpin oleh khidmat kebijaksanaan” bagaimanakah implementasinya? Apakah proses kehidupan berbangsa dan bernegara sudah mengedepankan konsep kerakyatan? Apakah hikmah kebijaksanaan telah dijadikan pedoman dalam mengelola negara? Mudah-mudahan pemimpin bangsa dan negara ini mampu menghayati secara sungguh-sungguh sila ke-4 dari Pancasila dan dijadikan pedoman dalam merumuskan berbagai kebijakan maupun program.

kemudian mengenai sila ke-5, KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA....... apakah kita sudah memperoleh keadilan itu......?, contoh kecil:betapa sedihnya ketika kita lihat di Koran-koran tentang pemberitaan seorang nenek mencuri buah kakao di sebuah perkebunan. Di laporkan oleh pemilik kebun dan di sidangkan. Hanya mengambil buah kakao seharga 500 rupiah, nenek itu di sidangkan. Akan tetapi, hakim yang menyidangkan nenek itu merasa iba sehingga nenek itu di lepaskan. Sedang kasus Cicak vs Buaya......? (silahkan menilai sendiri)..

Sungguh sangat sulit menemukan makna dari keadilan saat ini. Sama sulitnya menemukan definisinya. Adil menurut saya, belum tentu adil menurut anda dan mereka. Definisi terkadang dibuat dalam selimut kepentingan, hingga tak jarang menemukan bias. Bahkan ada yang menganggapnya sebagai alat kekuasaan.

Kita hanya berharap semoga keadilan menemukan bentuk hakikinya. Setidaknya keadilan yang di amini oleh orang banyak (mayoritas) bukan oleh saya, kita atau segelintir orang saja.

SEANDAINYA PARA PEMIMPIN BANGSA RAJIN MELAKSANAKAN UPACARA BENDERA TIAP HARI SENIN........ mungkin mereka akan lebih memahami makna sila-sila pancasila......... yang pada akhirnya akan menjadi acuan dalam setiap pengambilan kebijakan.

Baca Selengkapnya......

Jumat, Oktober 30, 2009

MAHASISWA UNM BENTROK LAGI

Tawuran antar mahasiswa di kampus Universitas Negeri Makassar (UNM) Parangtambung, Makassar, kembali pecah. Sebelumnya, pada tanggal 9 September lalu, tawuran serupa juga terjadi, meskipun bersamaan dengan bulan suci Ramadan.

Aksi perang batu antar puluhan mahasiswa Fakultas Teknik melawan puluhan mahasiswa Fakultas Bahasa di kampus pencetak guru pendidik ini berlangsung dari pukul 16.30 Wita hingga pukul 17.15 Wita, Kamis (29/10/2009). Kedua kubu berusaha saling serang dengan menggunakan batu atau parang sambil mengucapkan sumpah serapah dan kata-kata jorok. Kedua kubu baru berhenti saat belasan polisi dari Polres Makassar Timur datang ke lokasi tawuran. Tak ada korban yang jatuh dalam peristiwa ini.

Sekitar pukul 20.00 Wita, puluhan polisi dari Polres Makassar Timur dan Brimob Polda Sulselbar yang melakukan penyisiran di dua fakultas yang bertikai, berhasil mengamankan satu pistol rakitan, satu senapan angin, beberapa bilah parang dan anak panah. Dalam penyisiran ini, tidak ada pelaku tawuran yang diamankan oleh polisi.

Kejadian ini sangat disayangkan karena terjadi sehari setelah peringatan hari sumpah pemuda yang jatuh pada tanggal 28 oktober.....
jika mereka memahami teks yang tertuang pada sumpah pemuda, mungkin kejadian seperti ini tidak akan pernah lagi terulang......

Baca Selengkapnya......

Selasa, Agustus 04, 2009

Rumah Bambu Fabrikasi


Menurut Presiden The Associatioan of Medical Doctor of Asia (AMDA) Indonesia, Prof. Dr. dr. Andi Husni Tanra (Harian Fajar, 17 januari 2008) Indonesia sangat rawan dan selalu terkena bencana. Karena posisi wilayah Indonesia terletak di dalam lempeng tektonik. Selain gempa, musibah banjir bandang dan bencana longsor dalam beberapa tahun terakhir juga sering terjadi diantaranya longsor di Bohorok, Pacet, Jember, bencana yang sama juga terjadi di Sinjai dan beberapa kabupaten lain di Sulawesi Selatan serta di Kotabaru, Kalimantan Selatan.
Oleh karena itu, pasca bencana alam dibutuhkan beberapa tindakan yang cepat untuk mengevakuasi korban. Hal ini dilakukan agar mereka tidak mengalami trauma yang berkepanjangan karena terlalu lama di lokasi bencana. Jepang sebagai negara maju dan sangat berpengalaman dalam membangun sistem penanggulangan pasca bencana dapat dijadikan acuan. Jepang mempersiapkan infrastruktur dan budaya masyarakatnya menghadapi ancaman bencana alam.
Indonesia yang memiliki banyak kesamaan dengan jepang, dalam hal bencana alam perlu memperhatikan kebijakan-kebijakan pemerintah Jepang. Salah satu tahapan yang perlu diperhatikan adalah mengeluarkan kebijakan Hyogo Phoenix Plan sebagai upaya rekonstruksi atas semua infrastruktur dan fasilitas pelayanan masyarakat yang rusak (www.lipi.go.id, 21/07/ 2008). Di Indonesia hal ini diterjemahkan dengan upaya membangun seribu rumah pasca bencana alam untuk korban yang mengalami kerusakan rumah yang sangat parah.
Rumah yang dibangun ini terbuat dari kayu, kenyataan ini sungguh sangat menyedihkan karena sesungguhnya bantuan ini telah membuka potensi bencana alam baru di daerah lain. Kayu-kayu ini tentunya diambil di hutan, sehingga secara langsung menyebabkan penggundulan hutan bagi wilayah tersebut dan dalam jangka panjang akan menyebabkan banjir dan tanah longsor. Berdasarkan keadaan ini maka penulis mendesain rumah yang menggunakan produk lokal dalam hal ini bambu. Desain rumah yang akan dibuat dalam karya ilmiah ini adalah rumah fabrikasi. Keunggulan dari rumah fabrikasi yang didesain yaitu konstruksi pembangunannya cepat, karena menggunakan modul hasil fabrikasi industri (pabrik) yaitu baja ringan dan memanfaatkan bambu sebagai pelengkap elemen-elemen rumah. Adapun tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah :
1. Untuk mengetahui desain rumah bambu fabrikasi.
2. Untuk mengetahui pembangunan rumah bambu fabrikasi pasca bencana alam.
Bambu adalah tanaman rakyat dimana untuk mendapatkannya cukup mudah. Menurut Frick (2004), bambu adalah bahan ramuan yang penting sebagai pengganti kayu biasa bagi penduduk desa. Sedangkaan menurut Elizabeth dalam Primack (1998), bambu adalah hasil hutan bukan kayu yang belum sepenuhnya dimaanfaatkan tetapi memiliki potensi pemanfaatan yang sangat besar misalnya sebagai bahan bangunan.
Rumah Fabrikasi adalah rumah yang kontruksi pembangunannya cepat, menggunakan modul hasil fabrikasi industri (pabrik). Komponen-komponennya dibuat dan sebagian dipasang pabrik (off site). Setelah semuanya siap, kemudian diangkut ke lokasi, disusun kembali dengan cepat, dan tinggal melengkapi utilitas (utility) serta pengerjaan akhir (finishing) (Roychansyah, 2009).

Bencana Adalah bencana yang diakibatkan oleh gejala alam (Sri Sulestari, 2008). Bencana merupakan peristiwa yang mengakibatkan korban, menurut Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi (2005) bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam, manusia, dan/atau keduanya yang mengakibatkan korban penderitaan manusia, kerugian harta benda, kerusakan lingkungan, sarana, prasarana dan fasilitas umum serta menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan dan penghidupan masyarakat. Sedangkan menurut Nakmofa (2007), bencana adalah gangguan atau kekacauan fungsi sosial yang serius yang menyebabkan korban jiwa, materi dan atau lingkungan yang melebihi kemampuan orang yang mengalami musibah untuk mengatasi dengan sumber daya yang tersedia.
Objek yang akan dikaji dalam karya ilmiah ini adalah desain rumah fabrikasi yang menggunakan baja ringan dalam penyusunan rangkanya dan dikombinasikan dengan bambu sebagai pelengkap elemen-elemen rumah. Dalam karya tulis ini akan di bahas keunggulan-keunggulan rumah bambu fabrikasi dalam pembangunan rumah pasca bencana alam.
Jenis tulisan dalam karya ilmiah ini adalah studi kepustakaan (library research). Data yang diperoleh dari berbagai literatur diseleksi dan direduksi kerelevanannya dengan objek yang dikaji. Setelah itu, dilakukan penyajian objek yang akan dibahas. Proses penyajian objek yaitu data dianalisis secara deskriptif dengan cara mengidentifikasi hal-hal yang berkaitan dengan desain rumah bambu fabrikasi sebagai solusi pembangunan rumah pasca bencana alam. sehingga menunjukkan kajian ilmiah yang dapat dikembangkan dan diterapkan lebih lanjut.

Kegiatan penanggulangan bencana alam di Indonesia selama ini terkesan hanya difokuskan pada kegiatan tahap tanggap darurat saja. Artinya hanya bertindak setelah bencana terjadi, sementara selama bencana belum terjadi praktis pemerintah cenderung tidak melakukan hal-hal yang signifikan. Hal ini dapat dilihat dari pemberian bantuan pembangunan rumah bagi korban bencana alam, rumah ini terbuat dari kayu yang secara otomatis diambil dari hutan kayu yang ada di Indonesia.
Hasil telaah pustaka yang diperoleh dari berbagai sumber, menghasilkan sebuah desain rumah bambu fabrikasi yang mengkombinasikan baja ringan dan tanaman rakyat Indonesia yang potensial yaitu bambu, desain ini dapat diterapkan sebagai model pembangunan rumah bantuan pasca bencana alam. Luasan rumah hasil desain adalah 36 m² . Rumah ini tidak dilengkapi dengan WC/Kamar Mandi dengan pertimbangan jika rumah ini dibangun dalam jumlah yang banyak untuk korban bencana alam maka dapat menggunakan kamar mandi konvensional yang membutuhkan pemodelan lebih lanjut.
Komponen-komponen utama rumah bambu fabrikasi, seperti tiang-tiang utama, rangka atap dan reng serta modul pemasangan dapat dipesan melalui industri (pabrik) dan sebagian dapat pula dipasang oleh pabrik (off site). Dengan demikian, beberapa manfaat dapat diperoleh jika dibandingkan dengan pembangunan rumah bantuan bencana alam yang selama ini terbuat dari kayu, seperti waktu konstruksi yang cepat karena modul desain telah ada dan pekerja dilapangan tinggal memasang sesuai petunjuk di modul, lingkungan pembangunan yang lebih bersih dan ramah lingkungan.

Selain itu, jika desain ini telah diterapkan dapat menghemat penggunaan kayu-kayu hutan, mampu mengurangi tingkat penggelembungan dana pembangunan bantuan rumah bencana alam karena desainnya yang paten dan pemerintah hanya mengontrol pabrik yang membuatnya. Sedangkan untuk elemen rumah dari tanaman bambu dapat diperoleh hampir di seluruh wilayah Indonesia, dan untuk merenovasi rumah (setelah ± 5 tahun) pemerintah cukup menanam tanaman bambu disekitar kompleks rumah bantuan bencana alam yang dalam perkembangan selanjutnya dapat menjadi sebuah hutan bambu yang dapat dimaanfaatkan penduduk sekitar.

Berdasarkan hasil telaah pustaka dan analisis terhadap desain yang telah dibuat maka dapat diperoleh kesimpulan:
1. Rumah bambu fabrikasi yang didesain, komponen utamanya (tiang-tiang utama, balok lantai, dan rangka atap) terbuat dari baja ringan, sedangkan elemen utilitas rumah (dinding, pintu, jendela, atap, dan tangga) terbuat dari berbagai jenis bambu sesuai keunggulannya masing-masing.
2. Pembangunan rumah bambu fabrikasi pasca bencana alam dilakukan dengan cara komponen-komponen utama rumah bambu fabrikasi, seperti tiang-tiang utama, rangka atap dan reng serta modul pemasangan dipesan melalui industri (pabrik). Setelah semuanya siap, kemudian diangkut ke lokasi pembangunan rumah pasca bencana alam, disusun kembali dengan cepat, dan tinggal melengkapi utilitas (utility) dalam hal ini penambahan elemen-elemen rumah yang terbuat dari bambu serta pengerjaan akhir (finishing).
Adapun saran-saran yang dapat dijadikan masukan oleh pihak-pihak terkait adalah:
1. Diharapkan bagi pemerintah untuk menggunakan/menerapkan desain rumah bambu fabrikasi yang telah dibuat pada daerah yang tertimpa bencana alam.
2. Diharapkan bagi para pengembang perumahan untuk mengembangkan desain rumah fabrikasi yang dikombinasikan dengan bahan baku lokal.
3. Diharapkan kepada masyarakat agar bambu yang digunakan pada konstruksi rumah dapat tetap bertahan, maka perlu menanam pohon bambu disekitar rumah agar proses penggantian bambu yang telah rusak dapat dengan cepat teratasi.
4. Diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk mengkaji lebih luas dan lebih dalam mengenai rumah fabrikasi serta bahan baku lokal lain yang berpotensi untuk dipadukan.

Baca Selengkapnya......