Senin, Januari 31, 2011

Sifat - Sifat Beton (Catatan Kuliah)


Sifat-sifat beton perlu diketahui untuk mendapatkan mutu beton yang diharapkan sesuai tuntutan konstruksi dan umur bangunan yang bersangkutan. Pada saat segar atau sesaat setelah dicetak, beton bersifat plastis dan mudah dibentuk. Sedang pada saat keras, beton memiliki kekuatan yang cukup untuk menerima beban. Sifat beton segar yang baik sangat mempengaruhi kemudahan pengerjaan sehingga menghasilkan beton dengan berkualitas baik. Adapun sifat-sifat beton segar adalah :

1. Workabilitas



Sifat ini merupakan ukuran dari tingkat kemudahan campuran untuk diaduk, diangkut, dituang dan dipadatkan tanpa menimbulkan pemisahan bahan susunan pembentuk beton. Taiji saji (1984) menguraikan bahwa sifat workabilitas beton segar ditandai dengan enam karakter yaitu : konsistensi, plasticity (plastisitas), placeability (kemudahan dituang), flowability (keenceran), finishability (kemudahan dirapikan), dan pumpability (kemudahan dipompa). Sedang Newman dalam Murdock (1999) menuliskan bahwa sekurang-kurangnya tiga sifat yang terpisah dalam mendefinisikan sfat ini, yaitu:

a. Kompakbilitas, kemudahan beton dipadatkan
b. Mobilitas, kemudahan beton mengalir dalam cetakan
c. Stabilitas, kemampuan beton untuk tetap sebagai massa yang homogen, koheren dan stabil selama dikerjakan atau dipadatkan.

Tingkat kompakbilitas campuran tergantung pada nilai faktor air semennya. Semakin kecil nilai faktor air semen, adukan beton semakin kental dan kaku sehingga makin sulit untuk dipadatkan. Sebaliknya semakin besar nilai faktor air semen adukan beton semakin encer dan semakin sulit untuk mengikat agregat sehingga kekuatan beton yang dihasilkan semakin rendah.
Pengamatan workabilitas beton di lapangan pada umumnya dilakukan dengan slump test. Pengetesan ini merupakan petunjuk dari sifat mobilitas dan stabilitas beton. Neville (1981) menuliskan bahwa slump test bermanfaat untuk mengamati variasi keseragaman campuran. Pada beton biasa, pengujian slump dilakukan untuk mencatat konsistensi dalam satuan mm penurunan benda uji beton segar selama pengujian.
Selain itu workabilitas dapat juga diamati dengan mengukur faktor kepadatan, yaitu rasio antara berat aktual beton dalam silinder dengan berat beton dalam kondisi padat pada silinder yang sama. Faktor kepadatan memberikan indikasi bahwa tingkat kemampuan beton tersebut dipadatkan.
Murdock (1986) membuat suatu hubungan antara tingkat workabilitas, nilai slump dan faktor kepadatan adukan sebagai berikut :

Tabel Hubungan tingkat workabilitas, nilai slump dan tingkat kepadatan adukan

Tingkat Workabilitas

Nilai Slump

Faktor Kepadatan

Sangat rendah

Rendah sampai sedang

Sedang sampai tinggi

Tinggi

0 – 25

25 – 50

50 – 100

100 – 175

0.8 – 0.87

0.87 – 0.93

0.93 – 0.95

> 0.95

Pengukuran workabilitas pada mortar beton dilakukan dengan pemeriksaan meja getar (flow tabel) sesuai dengan ASTM C124-39. Hasil test ini menunjukkan konsistensi mortar dengan mengukur tingkat penyebaran campuran ketika menerima sentakan pada flow table selama 15 kali dalam 15 detik. Nilai fluiditas didefinisikan sebagai peningkatan diameter penyebaran mortar segar (D dalam cm) dikurangi diameter sebelumnya (10 cm), secara matematis rumus fluiditas adalah sebagai berikut :

Flow = D - 10 x 100/10

Untuk mortar beton normal nilainya antara 0 – 150%.

1. Bleeding

Bleeding adalah pengeluaran air dari adukan beton yang disebabkan oleh pelepasan air dari pasta semen. Sesaat setelah dicetak, air yang terkandung di dalam beton segar cenderung untuk naik ke permukaan. Selanjutnya Power dalam Neville (1981) berpendapat bahwa naiknya air ke permukaan dan bersamaan dengan turunnya bahan ke dasar disebabkan oleh pengaruh gravitasi akibat berat sendiri sebagai fenomena alamiah atau proses “specific sedimentation“.

Adapun penyebab bleeding menurut Neville (1981:224) adalah ketidakmampuan bahan padat campuran untuk menangkap air pencampur. Ketika bleeding sedang berlangsung, air campuran terjebak di dalam kantong-kantong yang terbentuk antara agregat dan pasta semen (matriks). Sesudah bleeding selesai dan beton mengeras, kantong-kantong menjadi kering ketika berlangsung perawatan dalam keadaan kering. Akibatnya apabila ada tekanan, kantong-kantong tersebut menjadi penyebab mudahnya retak pada beton, karena kantong-kantong hanya berisi udara dan bahan lembut semacam debu halus.

Bleeding dihitung dengan cara menghitung banyaknya air yang keluar dari sampel beton segar sesaat setelah dicetak. Prosedur pemeriksaan diatur dalam ASTM C232-58 (1966). Banyaknya bleeding adalah volume air (ml) yang keluar dari suatu luasan permukaan beton (A) atau secara matematis ditulis :

Bleeding = V/A...........................(ml/cm2)............................... (2)

2. Segregasi

Segregasi adalah kecenderungan pemisahan bahan-bahan pembentuk beton. Neville (1981:223) meuliskan bahwa terdapat dua bentuk segregasi beton segar yaitu :

b. Partikel yang lebih kasar cenderung memisahkan diri dari partikel yang lebih halus.

c. Terpisahnya air semen dari adukan.

Segregasi sangat besar pengaruhnya terhadap sifat beton keras. Jika tingkat segregasi beton sangat tinggi, maka ketidaksempurnaan konstruksi beton juga tinggi. hal ini dapat berupa keropos, terdapat lapisan yang lemah dan berpori, permukaan nampak bersisik dan tidak merata

Murdock (1986) menuliskan bahwa segregasi disebabkan oleh :

- Penggunaan air pencampur yang terlalu banyak

- Gradasi agregat yang jelek

- Kurangnya jumlah semen

- Cara pengelolaan yang tidak memenuhi syarat.

Pada saat keras, beton diharapkan mampu memikul beban sehingga sifat yang utama dimiliki oleh beton adalah kekuatannya.

1. Kekuatan

Kekuatan beton terutama dipengaruhi oleh banyaknya air dan semen yang digunakan atau tergantung pada faktor air semen dan derajat kekompakannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan beton :

- Perbandingan berat air dan semen

- Type dan gradasi agregat

- Kualitas semen

- Perawatan (curing)

Kekuatan beton yang utama adalah kuat tekannya. Nilai kuat tekan beton meningkat sejalan dengan peningkatan umurnya dan pada umur 28 hari, beton mencapai kekuatan maksimal. Nilai kuat tekan beton diukur dengan membuat benda uji berbentuk silinder atau kubus. Pembacaan kuat tekan pada benda uji kubus dan silinder relatif berbeda. Perbandingan kuat tekan silinder dan kubus menurut ISO Standard 3893 – 1977 disajikan pada tabel ....

Tabel Perbandingan Kuat Tekan antara Silinder dan Kubus

Kuat tekan silinder (Mpa)

2

4

6

8

10

12

16

20

25

30

35

40

45

50

Kuat tekan kubus

(Mpa)

2.5

5

7.5

10

12.5

15

20

25

30

35

40

45

50

55

Pada umumnya, beton mencapai kuat tekan 70% pada umur 7 hari, dan pada umur 14 hari, kekuatannya mencapai 85 – 90% dari kuat tekan beton umur 28 hari.

Pengukuran kuat tekan beton didasarkan pada SK SNI M14-1989-F (SNI 03-1974-1990). Pembebanan pada pengujian kuat tekan termasuk pembebanan statik monotorik dengan menggunakan Compressive Test. Beban yang bekerja akan terdistribusi secara kontinue melalui titik berat.

f'cr = P / A.......................(3)

f'cr = kuat tekan beton rata-rata

P = beban

A = luas penampang

Kuat tarik beton berkisar seperdelapan belas kuat tekannya pada umur masih muda dan berkisar seperduapuluh pada umur sesudahnya. Nilai kuat tekan dan tarik bahan beton tidak berbanding lurus. Suatu perkiraan kasar dapat dipakai bahwa nilai kuat tarik bahan beton normal hanya berkisar antara 9% - 15% dari kuat tekannya. Nilai pendekatan yang diperoleh dari hasil pengujian berulangkali mencapai kekuatan 0.50 – 0.60 kali √f’c, sehingga untuk beton normal digunakan nilai 0,57 √f’c.

Pengamatan kuat tarik beton khususnya pada beton bertulang sangat penting pada penentuan kemungkinan pencegahan keretakan akibat susut dan perubahan panas. Sedang untuk beton tidak bertulang, hasil pengujian ini dimanfaatkan dalam perencanaan konstruksi jalan raya dan lapangan terbang serta untuk beton prategang.

Cara yang digunakan untuk mengukur kuat tarik beton adalah dengan pengujian kuat tarik belah sesuai SK SNI M-60-1990-03 (SNI 03-2492-1991). Spesimen yang digunakan adalah silinder dan ditekan oleh dua plat paralel pada arah diameternya.

Kuat tarik belah dihitung dengan rumus :

f'ct = 2P/π LD..........................(4)

Dimana : fct = kuat tarik belah (Mpa)

P = beban uji maksimum (N)

L = Panjang benda uji (mm)

D = Diameter benda uji (mm)

2. Penyusutan

Proses susut secara umum didefinisikan sebagai perubahan volume yang tidak berhubungan dengan beban. Adapun proses susut pada beton yaitu:

a. Penyusutan awal, akibat kehilangan air pada proses penguapan dan perembesan melalui acuan.

b. Penyusutan akibat suhu ketika beton mulai dingin. Penyusutan ini masih dapat diatasi dengan perawatan yang baik. Terjadinya penyusutan akan berakibat retak-retak plastis pada beton.

- Retak yang lebih luas dari 0,15 mm tidak akan menimbulkan masuknya air pada tulangan (dapat diabaikan)

- Retak-retak sebesar (0,15 – 0,5 mm) perlu diatasi dengan menutup retakan tersebut (dengan emulsi latex dan lain-lain)

3. Keawetan

Keawetan beton merupakan lamanya waktu pada material untuk dapat melanjutkan pemakaiannya seperti yang telah direncanakan. Walaupun terjadi serangan dari luar baik fisik, mekanik dan kimia. Adapun pengaruh-pengaruh luar yang dapat merusak beton adalah pengaruh cuaca (hujan sinar matahari) silih berganti dan daya perusak kimiawi, misalnya air limbah/buangan, air laut, lemak gula dan sebagainya. Untuk mengatasi hal tersebut yaitu :

- Permukaan beton harus mulus (misalnya exposed concrete)

- Tidak porous (rongga) dalam artian pemadatan harus baik.

- Menambah bahan tambahan tertentu untuk keperluan khusus.

4. Pengaruh Suhu

Harga koefisien pemuaian suhu pada beton berubah-ubah tergantung banyaknya semen dalam campuran kadar air dan agregat. Untuk maksud praktis dapat diambil sebesar 1,0 x 10-6 tiap oC (beton normal).

Baca Selengkapnya......

Sabtu, Januari 22, 2011

TANJUNG SATELIT (Catatan Untuk Kota Penunjang Makassar)

Beberapa waktu terakhir ini, banyak diperbincangkan masalah ”kota satelit”. Kota satelit adalah lingkungan pemukiman berskala besar yang baru, direncanakan dan dibangun, dalam jarak ulang-alik yang memadai ke kota metropolitan, untuk menampung luapan pertambahan penduduk kota. Pengembangan kota satelit merupakan salah satu alternatif dalam mengatasi masalah kota raya. Pada kota satelit ini, dibangun tempat kediaman dengan fasilitas dan pelayanan umum seperti pendidikan, kesehatan, perdagangan, dan lain-lain.

Sebagaimana masalah yang dihadapi oleh kota-kota besar pada umumnya, kota Makassar merupakan salah satu kota besar di Indonesia juga memiliki masalah dalam hal permukiman dan penduduk. Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah kota setempat melakukan pengembangan kawasan Tanjung Bunga sebagai alternatif hunian baru atau sebagaimana yang telah dijelaskan dengan istilah ”kota satelit”. Pengembangan yang dilakukan dilakukan dalam empat zona sebagai berikut:

1. Zona Pengembangan Kawasan Pariwisata


Dikembangkan sebagai daerah tujuah wisata andalan Sulawesi Selatan. Selain memanfaatkan potensi alam yang dimilikinya berupa Sungai Jeneberang, Danau Tanjung Bunga serta Pantai Akkarena untuk pengembangan wisata bahari, di dalam kawasan Tanjung Bunga juga akan dibangun industri pariwisata lainnya seperti wisata pantai, wisata air, wisata religius, wisata budaya, wisata keluarga serta wisata anak-anak.

Beberapa sarana dan prasarana pariwisata yang dikembangkan untuk melengkapi industri pariwisata di Tanjung Bunga adalah commercial recreation center, fasilitas wisata air, games center, play land, art and culture shop, harbor activities, water park, parking area, hotel dan restoran.

Saat ini fasilitas wisata yang telah dikembangkan di kawasan Tanjung Bunga adalah Pusat Rekreasi Akkarena. Area wisata yang tepat berada di pesisir pantai barat Selat Makassar ini merupakan daerah tujuan wisata primadona bagi masyarakat Sulawesi Selatan. Beberapa sarana dan prasarana wisata yang telah disediakan di Pusat Rekreasi Akkarena meliputi Dermaga Akkarena, Plaza Oval, Menara Air, Taman Bermain Anak-anak, Restoran Akkarena, Pusat Permandian Pantai Akkarena, meeting room, Poliklinik serta fasilitas wisata air.

2. Zona Pengembangan Kawasan Bisnis


Dikembangkan sebagai kawasan bisnis dan komersial. Fasilitas perniagaan yang disediakan antara lain seperti pusat-pusat perbelanjaan, perkantoran, perbankan, amusement, convention center serta exhibition center. Pengembangan kawasan ini dipusatkan di sepanjang Jalan Metro Tanjung Bunga, yang merupakan jalan poros utama Kota Raya Mamminasata.

Pada akhir tahun 2002 telah dibangun Global Trade Center (GTC). Pemancangan tiang pertama dari pusat bisnis dan perdagangan terbesar di Kawasan Timur Indonesia ini dilakukan oleh Wakil Presiden RI, Hamzah Haz. GTC dibangun di atas lahan seluas 20.000 m2 dan berkonstruksi 4 lantai. Area parkir dibangun di lantai 4 dan dapat menampung sekitar 1500 unit mobil. Pembangunan GTC ini adalah tahap pertama dari rencana pembangunan Makassar Commercial District (MCD) di atas lahan seluas 150.000 m2. Selain GTC, juga akan dibangun apartemen, hotel, hypermarket, perkantoran, pertokoan serta sarana dan prasarana penunjang kegiatan bisnis lainnya.

3. Zona Pengembangan Kawasan Permukiman


Dikembangkan sebagai kawasan permukiman terpandang dan terkemuka di Sulawesi Selatan. Dalam pengembangannya, kawasan ini juga dilengkapi dengan fasilitas umum dan fasilitas sosial seperti tempat ibadah, sekolah, rumah sakit, pusat pelayanan pemerintahan, sarana olahraga serta taman bermain.

Pembangunan kawasan permukiman di Tanjung Bunga ini memiliki arti penting bagi pembangunan daerah. Kawasan permukiman di Tanjung Bunga ini mampu menyerap kebutuhan masyarakat akan perumahan yang terus meningkat dari waktu ke waktu. Di samping itu, pengembangan kawasan permukiman ini akan ikut memacu kegiatan pekonomian dan perdagangan, baik skala kecil, menengah maupun besar.

4. Zona Pengembangan Kawasan Olahraga


Dikembangkan sebagai pusat kegiatan olahraga. Pengembangan kawasan olahraga ini bertujuan untuk mendukung program pemerintah daerah di bidang olahraga. Potensi alam berupa Danau Tanjung Bunga saat ini telah dikembangkan sebagai Venues Dayung. Danau ini memenuhi standart internasional dari FISA (Fédération Internationale des Societes d’Aviron), baik untuk penyelenggaraan event olahraga dayung nasional dan internasional maupun sebagai Regatta Coars.

Konsep keempat zona pembangunan di atas telah sangat matang termasuk dalam hal lingkungan. Pembangunan yang sedang berjalan juga telah memperlihatkan tindakan penghijauan lingkungan yang dapat dijumpai pada jalan dan lingkungan perumahan. Namun masih ada beberapa perumahan dan bangunan yang tidak ramah lingkungan yaitu tanpa penanaman pohon, tidak diterapkan konsep 60 : 40, yaitu 60 % lahan untuk bangunan dan 40 % untuk lahan kosong sebagai lahan resapan, atau pengadaan sumur resapan. Hal ini harus diperhatikan dalam upaya pengembangan Tanjung Bunga selanjutnya, sehingga tidak menimbulkan kerugian di masa depan.

Baca Selengkapnya......