Kamis, Maret 19, 2009

Demokrasi Kaum Kapitalis

Tak dapat dipungkiri, hampir semua negara di dunia menganut demokrasi sebagai acuan sistem sosial dengan berbagai macam variannya. Bahkan negara yang menganut sosialisme pun, kini mulai membuka diri dan lebih demokratis dalam membangun bangsanya. Indonesia, sejak awal kemerdekaannya hingga di era reformasi saat ini, memilih demokrasi sebagai landasan ketatanegaraan dan sistem sosial.

Demokrasi yang lahir dari perut renaissance atau enlightenment era setidaknya didasarkan pada 3 hal yaitu pertama, sebuah upaya perlawanan untuk meruntuhkan dogmatisasi dan otoritas gereja-kristiani yang menyebabkan kegelapan intelektual dan kemunduran peradaban manusia pada waktu itu. Kedua, berusaha untuk menempatkan manusia sebagai subjek yang otonom dengan mengutamakan rasionalitas dan intelektualitas. Manusia memiliki kekuatan untuk mengatur dan menentukan jalan hidupnya karena manusia adalah makhluk yang berakal.

Ketiga, semangat individualisme harus dilahirkan untuk menciptakan persaingan dan kompetisi karena hanya dengan kompetisi, manusia akan terdorong untuk menggunakan subjektivitas diri dan mengembangkan kemampuan berfikir demi kemajuan peradabannya. Dan cita-cita utamanya adalah menjadikan manusia sebagai pusat dunia (antroposentrisme) untuk menciptakan peradaban yang egaliter.

Individualisme dan Kapitalisme

Lalu apa hubungan antara demokrasi dan kapitalisme? Apakah ada simbiosis mutualisme diantara keduanya? Secara sederhana dapat diamati bahwa demokrasi mempunyai titik persinggungan dengan kapitalisme. Pada awal kemunculannya, demokrasi melahirkan kapitalisme sebagai sebuah sistem ekonomi yang mengandalkan individualisme dan korporasi industri.

Demokrasi dan kapitalisme dianggap sebagai paduan sistem yang paling ampuh karena dianggap mampu menempatkan rasionalitas subjek dan individualisme sebagai landasan gerak dimana tekhnologi dan penguasaan sumber daya alam dijadikan instrumen utama demi kesejahteraan manusia. Kapitalisme yang tujuan utamnya adalah akumulasi kapital, penguasaan alat-alat produksi dan eksploitasi membutuhkan sebuah ruang yang mampu disediakan oleh demokrasi yaitu kebebasan.

Dalam perkembangan tekhnologi mutakhir saat ini seperti tekhnologi informasi, transportasi dan komputerisasi, kapitalisme mendapatkan ruang yang terbuka untuk menancapkan kukunya. Ketiga instrumen globalisasi ini dijadikan senjata untuk membangkitkan pola konsumerisme masyarakat. Kapitalisme yang mengandalkan pola konsumsi masyarakat berusaha untuk mengubah pola pikir masyarakat menjadi pola yang konsumeristis dengan menggunakan media sebagai alat ekspansi kultural.

Kekuatan globalisasi dalam membangkitkan budaya konsumerisme adalah kemampuannya menciptakan kebutuhan-kebutuhan baru. Dipadukan dengan semangat demokratisasi dengan roh individualismenya, maka setiap manusia merasa bebas untuk mengkonsumsi dan melakukan pilihan terhadap komoditi yang dilempar ke pasar.

Pola kebebasan mengkonsumsi komoditas dilakukan tanpa mempertimbangkan eksistensi orang lain, moralitas, wahyu-wahyu agama dan nilai kegunaan komoditi tersebut. Selain itu, norma-norma, hukum dan kesepakatan sosial lainnya akhirnya runtuh akibat derasnya arus individualisme dimana setiap orang berhak untuk bersuara dan merasa diri paling benar.

Ketika setiap orang merasa memiliki hak untuk didengarkan dan diikuti, lalu dimanakah letak kesepakatan sosial itu? Ataukah justru demokrasi yang menyebabkan benturan dan clash sosial? Bukankah demokrasi bisa membawa peradaban manusia menuju masa pra-modern dimana hukum dan kesepakatan sosial tak diperlukan lagi sehingga manusia bisa berbuat apa saja? Dan dalam demokrasi yang kapitalistis ini, bukankah yang memiliki kapital besar da menguasai alat-alat produksi yang akan berkuasa? Dan jika sampai seperti itu adakah kesederajatan dan egaliterianisme seperti yang dicita-citakan demokrasi dihadapan kekuatan kapital dan uang?

Perkembangan tekhnologi informasi, transportasi, dan komputerisasi tersebut menyebabkan-meminjam istilah David Mc Clelland- kampung global yang menyerap energi setiap orang untuk masuk kedalamnya. Di ruang dunia yang semakin terasa sempit tersebut setiap orang diberikan kebebasan untuk memilih namun kesadaran mereka terlebih dahulu diindoktrinasi dengan “roh” konsumerisme agar akumulasi dan peredaran kapital tetap berjalan.

Maka, terdapat pola yang saling mendukung antara pola over-konsumsi manusia moderen sebagai landasan gerak kapitalisme dengan perkembangan demokrasi yang memberikan kebebasan kepada setiap manusia untuk melakukan pilihan.

Sekarang ini demokrasi-kapitalistik harus dicurigai serta dipertanyakan dan tidak hanya dijadikan sebagai satu acuan dasar yang dianggap paling benar. Apakah demokrasi mampu membawa peradaban dunia ini menjadi peradaban yang egaliter? Apakah semangat individualisme subjektif mampu membawa setiap manusia untuk meluluskan keinginannya tanpa mengganggu eksistensi orang lain? Dan apakah selera, kepentingan dan keinginan setiap manusia dapat terakomodasi tanpa adanya benturan?

Walaupun secara kasat mata demokrasi terlihat lebih moderat dan memberikan ruang kepada setiap manusia untuk berekspresi, namun satu hal yang tidak boleh terlupa bahwa demokrasi yang selama ini dipuja dan dijadikan acuan dasar tidak lain dan tidak bukan untuk memberikan ruang kepada kapitalisme untuk tetap exist.

Perkembangan tekhnologi informasi mutakhir sekarang ini utamanya media elektronik, berhasil menciptakan kebutuhan-kebutuhan baru manusia moderen. Kebutuhan yang dimaksud adalah keinginan yang tidak terbendung untuk mengkonsumsi segala sesuatu tanpa didasarkan pada nilai guna barang tapi karena didalamnya terdapat tanda, citra dan makna yang menandakan gaya hidup. Yang anda konsumsi adalah tanda dan citra.

Akibatnya terciptalah pola konsumsi masyarakat yang berlebihan. Hal ini dimaksudkan agar membludaknya komoditi yang dilempar ke pasar dapat terserap habis untuk menjaga keseimbangan pola produksi kapitalis. Maka diciptakanlah ruang-ruang kebebasan yang terkesan demokratis agar masyarakat dapat melakukan pilihan dalam memilih komoditi sesuai dengan selera. Masyarakat bebas memilih tayangan televisi tanpa dibatasi oleh norma kesusilaan walaupun tayangan tersebut dapat menyebabkan degradasi moral.

Masyarakat bebas untuk memilih mode pakaian sesuai dengan seleranya asalkan mampu membeli tanpa mempertimbangkan nilai-nilai agama. Dan akhirnya pikiran dan energi manusia terserap habis untuk memuaskan hasrat narsisisme dan pemenuhan kebutuhan artifisialnya. Semuanya dikorbankan demi satu kata yaitu kebebasan dan gaya hidup moderen.

Benturan Sosial

Konflik dan jurang sosial yang selama ini dianggap sebagai sesuatu yang lumrah dalam proses transisi demokrasi harus dicurigai. Apakah betul konflik selalu ada ataukah sekedar pembenaran? Konflik terjadi akibat setiap entitas merasa diri paling benar dan paling demokratis.

Entah entitas itu sebagai individu, etnis, golongan, agama, dan begitu pula negara. Friksi dan social clash diakibatkan oleh kuatnya sentimen individu manusia moderen yang kehilangan imaji-imaji sosial dan keinginan untuk saling berbagi. Hilangnya ikatan-ikatan sosial menyebabkan hilangnya kepekaan manusia karena yang tercipta adalah hasrat untuk menguasai dan “memaksa” orang lain sesuai dengan seleranya demi pemuasan hasrat, libido dan keinginan yang berlebihan.

Amerika serikat misalnya, yang menganggap dirinya sebagai Negara yang paling demokratis, dengan kekuatan ekonomi dan militernya, “memaksa” setiap Negara untuk memberlakukan demokrasi sesuai dengan selera dan kepentingannya.

Maka dilakukanlah ekspansi dan represi senjata kepada negara-negara yang dianggap tidak “demokratis” seperti Irak, Afghanistan dan beberapa negara mayoritas muslim dengan dalih demokratisasi dan membebaskan rakyat negara tersebut dari pemerintahan negaranya yang “otoriter”. Padahal melakukan represi senjata terhadap Negara lain justru menginjak nilai demokrasi dan HAM yang selama ini didengungkan.

Lalu kapan dan bagaimana setiap manusia dapat menguasai dan mengeksploitasi manusia lain? Jawabannya adalah ketika manusia tersebut menguasai kapital (uang, materi, dan sumber daya alam) dan alat-alat produksi (tekhnologi, media, dan pasar). Dalam wacana demokrasi kapitalistis, kekuasaan adalah modus eksistensi manusia dan uanglah sebagai panglimanya. Penguasa adalah mereka yang mempunyai kekuatan modal.

Lalu masih adakah semangat egaliter dan demokrasi dihadapan uang dan godaan-godaan materi? Ataukah justru demokrasi yang menyebabkan ketimpangan karena yang kuat dan memiliki akses ekonomi serta kapitallah yang berkuasa.

Adakah Ruang Untuk Mengelak?

Indonesia merupakan salah satu Negara yang mengalami euforia demokrasi setelah lepas dari pemerintaan otoriter orde baru. Gelombang reformasi 1998 masih menyisakan “pekerjaan rumah” bagi perkembangan demokrasi di Indonesia. Demokrasi sebagai sebuah sistem sosial kemasyarakatan harus memiliki orientasi yang berbasiskan realitas masyarakat.

Setiap Negara tentunya memiliki kebutuhan dan tantangan baik politik, ekonomi, sosial, dan budaya dalam membangun demokrasi. Demokrasi liberal di Amerika Serikat belum tentu dapat diterapkan di Indonesia mengingat kebutuhan, realitas sosial, psikologi masyarakat, dan kesejarahan kedua Negara sangat berbeda. Demokrasi harus dibangun berdasarkan kebutuhan setiap lokalitas yang berbeda.

Dapat dipahami bahwa pola dan sistem demokrasi yang dibangun di Indonesia merupakan hasil ratifikasi dari sistem demokrasi ala Amerika. Dengan kata lain, sistem demokrasi kita tidak berdasarkan pada realitas masyarakat Indonesia sehingga mengalami disorientasi.

Sejak Negara-negara asing kembali menancapkan kuku kekuasaannya di era orde baru, Negara kita menjadi negara boneka dihadapan utang luar negeri dengan berbagai kebijakan-kebijakan penyesuaian struktural (SAP) asing yang harus diterapkan di Indonesia sebagai kompensasi. Di bidang ekonomi, Indonesia harus memberlakukan sistem ekonomi trickle down effect atau lebih dikenal dengan pembangunanisme.

Pembangunanisme dengan sistem merembes kebawah selama ini justru banyak dinikmati oleh kalangan konglomerat dan para industrialis kakap dengan berbagai fasilitas dan bantuan dana asing yang pada akhirnya ditanggung oleh rakyat. Dari segi pertanian dan agrikultur, pada tahun 1970-an, Indonesia menerapkan revolusi hijau yang juga hasil rekayasa asing dengan dalih pelipatgandaan hasil pertanian dan bibit unggul. Walaupun dalam beberapa tahun Indonesia mengalami surplus pangan, akan tetapi revolusi hijau menimbulkan masalah aru seperti munculnya hama baru, rusaknya ekosistem dan sistem pertanian tradisional yang ramah lingkungan dan penggunaan dana yang besar dalam menyediakan pupuk dan pestisida.

Bukan hanya dari kedua segi tersebut Indonesia mengalami intervensi asing. Akan tetapi, dari segi politik, kebijakan dalam negeri, serta kebijakan politik luar negeri, Indonesia lebiha banyak dikuasai oleh intervensi asing dengan berbagai dalih dan janji yang muluk-muluk. Dan semua itu dibingkai dengan satu kata yaitu demokrasi. Tapi apakah sistem demokrasi yang banyak diprakarsai oleh Negara asing sesuai dengan kondisi keindoesiaan kita?

Dalam menghadapi kepungan barat saat ini maka perbincangan mengenai demokrasi lokal dan kebangkitan lokalitas merupakan sesuatu yang sangat urgen. Demokrasi lokal dimaknai sebagai penguatan institusi daerah dan masyarakat secara keseluruhan yang berawal dari pemahaman terhadap nilai dan moralitas budaya. Lokalitas bukanlah untuk menciptakan sentimen kedaerahan atau nasionalisme sempit akan tetapi lebih dimaknai sebagai mempertahankan nilai-nilai, moralitas, pengetahuan, religiusitas dan spiritualitas, serta kearifan lokal. Kemampuan untuk memahami diri, lingkungan, budaya dan kepentingan nasional merupaka prasyarat utama dalam menciptakan kreativitas dan kemampuan untuk berproduksi.

Pertanyaan kemudian adalah adakah ruang demokrasi dalam ranah lokalitas di Indonesia? Agak sulit dipungkiri bahwa realitas masyarakat tradisional kita masih diselimuti dengan budaya paternalistik. Psikologi kerajaan yang terjadi beberapa abad lalu masih tertanam kuat dan menyisakan budaya paternalistik yang menganggap pemimpin sebagai manusia setengah dewa yang kebal akan kritik dan pamali untuk tidak mematuhi segala titahnya.

Parang tambung, 19 Maret 2009

Baca Selengkapnya......

9 April 2009

Gong pesta demokrasi Indonesia telah dimulai pada 16 maret 2009.......
pada tanggal tersebut telah dimulai waktu kampanye yang resmi diizinkan oleh komisi pemilihan umum indonesia, tapi pada kenyataanya sudah banyak yang memulai sejak 3 bulan yang lalu....

yap sebuah pesta super meriah yang menghabiskan dana triliunan rupiah, itupun hanya untuk mencari wakil rakyat yang pas untuk duduk di kursi legislatif.......
mereka yang katanya akan menyampaikan aspirasi kita di DPRD kab., Prov., Ataupun DPR/MPR.
mudah-mudahan rakyat Indonesia memilih wakilnya yang tepat, sehingga mengurangi aksi-aksi demonstrasi yang akhir-akhir ini marak dilakukan oleh kawan-kawan mahasiswa yang lain.

Beragam persiapan telah dilakukan KPU untuk memeriahakan pesta ini, mulai dari merubah cara pemungutan suara dari coblos menjadi contreng, kemudian keputusan suara terbanyak yang ditelorkan oleh perwakilan kita dilegislatif, kontroversipun bermunculan di seantero negeri....... karena hal-hal yang katanya asing bagi sebagian orang.

mudah-mudahan pesta yang dibayar mahal ini betul-betul menghasilkan orang-orang yang pantas duduk di kursi panas negeri ini.
9 April akan menjadi pertaruhan sejarah bangsa ini 5 tahun kedepan......
silahkan ingin memilih atau golput karena pusing dengan banyaknya pilihan....?

Baca Selengkapnya......

Rabu, Maret 18, 2009

PUSING

Kurang lebih 4 bulan tidak pernah aktif di blog, sekarang lagi pusing mau nulis tentang apa dan mulainya dari mana,....

4 bulan terakhir lagi sibuk urus bisnis, namanya Duta Bussines School, yap bisnis ini sangat menjanjikan untuk kalangan mahasiswa, kalau mau belajar dan menerti cara kerjanya silahkan kunjungi situsnya di http://www.duta4future.com.
kawan-kawan bisa belajar banyak disana......
inti dari bisnis ini cuma mengembangkan kemampuan kalian untuk mengembangkan jaringan, kalau mau lihat penghasilan saya silahkan coba masukkan no id saya DBS631435 passwordnya DRCIVIL.
Selamat mencoba.....

Baca Selengkapnya......